Hidayatullah.com | MENURUT data dari www.worldometers.info/coronavirus/ tanggal 31/3/2020, individu yang positif terkena Covid-19 telah berjumlah 1.677 orang. Dari jumlah tersebut, yang sudah wafat sebanyak 157 orang. Dengan demikian, tingkat fatalitasnya (jumlah penderita yang wafat dibandingkan dengan yang terjangkit) sebesar 9,36%.
Angka tersebut menduduki peringkat kedua di dunia. Peringkat pertama diduduki Italia, 11,7%. Spanyol yang penduduknya positif terinfeksi Covid-19 sebanyak 102.136 orang menduduki posisi ketiga dengan angka fatalitas 8,86%.
Sementara itu negara-negara tetangga di Asia Tenggara, angka fatalitasnya jauh di bawah Indonesia. Malaysia misalnya, yang positif terinfeksi Covid-19 sebanyak 2.908 orang. Hampir dua kali lipat dari orang yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia.
Namun orang yang wafat karena penyakit ini hanya 45 orang. Sekitar sepertiga dari jumlah orang yang wafat karena Covid-19 di Indonesia. Angka fatalitas di Malaysia hanya 1,55%.
Angka fatalitas di Thailand lebih rendah lagi, yakni hanya 0,69%. Dari 1771 orang yang terinfeksi Covid-19, hanya 12 orang yang wafat.
Keterpautan angka yang cukup jauh itu tentu saja menimbulkan tanda tanya pada masyarakat; ada apa di Indonesia? Apakah rumah sakit di Indonesia lebih rendah kemampuannya dalam menangani penyakit ini daripada rumah sakit di negara tetangga?
Sebagian praktisi dan pengamat kesehatan di dalam dan luar negeri membenarkan sinyalemen itu. Sebagian yang lain menduga data tentang orang yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia tidak akurat.
Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Adib Khumaidi, Sp.OT, kepada dw.com mengatakan, “Jumlah kasus akan lebih tinggi jika pihak berwenang menguji lebih banyak orang di seluruh negeri.”
Reuters melaporkan, Pusat Permodelan Matematika untuk Penyakit Menular yang berbasis di London merilis perkiraan bahwa angka orang yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia yang dilaporkan hanya 2% dari jumlah sebenarnya.
Jika benar demikian perhitungannya maka jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi Covid-19 sudah mencapai angka 83.850 orang. Lebih banyak daripada yang terinfeksi di RRC.
Iwan Ariawan, dosen biostatistik Sekolah Kesehatan Masyarakat UI kepada Beritasatu TV mengungkapkan, timnya memperkirakan penyakit Covid-19 mulai masuk ke Indonesia sejak awal Februari 2020, sebulan lebih awal daripada kasus pertama yang dikonfirmasi oleh pemerintah.
Itu artinya, ketika Presiden Jokowi mengumumkan ada 2 orang penduduk Indonesia yang terinfeksi Covid-19, sebenarnya sudah banyak orang terinfeksi dan kemudian tanpa sadar menularkan kepada orang lain. Sebab ada sebagian orang yang terinfeksi Covid-19 namun tidak menunjukkan gejalanya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Argo Yuwono , kemarin (1/4/2020) menginformasikan ada 300 siswa Sekolah Pembentukan Perwira Polri yang dinyatakan terpapar Covid-19, meski para siswa polisi itu tidak menunjukkan gejala penyakitnya. Kepastian itu diketahui setelah sekolah tersebut melakukan rapid test terhadap 1.550 siswanya. Ke-300 siswa tersebut kemudian ditetapkan sebagai Orang dalam Pengawasan (ODP) dan diharuskan melakukan isolasi mandiri selama 14 hari.
Pelajaran dari kasus tersebut di atas, dalam kondisi wabah, siapapun perlu terus waspada ketika berinteraksi dengan orang lain, meskipun orang yang berinteraksi tidak menunjukkan gejala Covid-19.
Komisi Kesehatan Nasional China sejak awal April ini mulai memfokuskan perhatian pada pasien terinfeksi Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala sakit.
Bahkan surat kabar South China Morning yang berbasis di Hong Kong mengungkap data bahwa pada bulan Februari ada lebih dari 43.000 orang di daratan China yang telah dites positif terkena Covid-19 tetapi tidak memiliki gejala.*./Saiful Hamiwanto