Hidayatullah.com—Rektor nuklir Israel yang terletak di daerah gurun Negev akan diberi nama mendiang tokoh Zionis Shimon Peres.
Hal itu diumumkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam rapat kabinet, kata kantornya lewat akun Twitter seperti dilansir BBC Ahad (9/10/2016).
Peres membantu pendirian reaktor nuklir rahasia di Dinoma pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, dengan asistensi Prancis.
Fasilitas nuklir Israel itu sekarang ini masih bernama Nuclear Research Center-Negev dan akan dinamai ulang Shimon Peres, guna mengenang perannya dalam pendirian reaktor nukir tersebut, kata Netanyahu.
“Fasilitas ini penting untuk keamanan Israel selama beberapa generasi,” kata Netanyahu, seraya menambahkan bahwa menamai reaktor itu dengan nama Shimon Peres adalah tepat dan layak.
Shimon Peres, yang pernah dua kali menjabat perdana menteri Israel dan presiden satu kali, meninggal dunia bulan lalu di usia 93 tahun setelah mengalami koma akibat stroke.
Dilahirkan dengan nama Szymon Perski di Wiszniew, Polandia (sekarang Visnieva, Belarusia) pada 2 Agustus 1923, Shimon Peres adalah anak dari seorang pedagang kayu.
Kedua orangtuanya bukan Yahudi Orthodoks, tetapi Shimon ketika kecil diajarkan Talmud oleh kakeknya sehingga menjadi penganut ajaran Yahudi yang kukuh.
Tahun 1934 keluarganya pindah ke wilayah British Mandate of Palestine, sementara ayahnya menyusul 2 tahun kemudian. Mereka menetap di Tel Aviv.
Setelah memasuki sekolah pertanian, Shimon Peres bekerja di sebuah kibbutz (komunitas petani ala Yahudi) dan terlibat politik di usia 18 tahun, ketika ditunjuk menjadi sekretaris gerakan Buruh Zionis, Hanoar Haovad Vehalomed.
Pada 1974, perdana menteri Israel yang pertama, Ben Gurion, memberikan kepercayaan kepada Shimon Peres untuk mengurus personel dan persenjataan Haganah, cikal bakal angkatan bersenjata Israel yang sekarang dikenal sebagai IDF (Israel Defense Forces).
Shimon Peres berhasil membuat kesepakatan dengan Prancis untuk menyediakan jet-jet tempur Mirage untuk “negara baru” itu dan juga untuk membantu Israel mendirikan fasilitas nuklir rahasia di Dimona.
Reaktor nuklir Zionis di Dimona itu mulai aktif antara tahun 1962 dan 1964.
Para pakar dan pemerintah negara asing tidak mengetahui berapa banyak senjata nuklir yang dimiliki Isreal dari program nuklirnya yang selama ini ditutup-tutupi itu.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Zarif pada tahun 2014 pernah mengatakan bahwa Netanyahu “duduk di atas 400 hulu ledak nuklir.”
Namun pada tahun yang sama, Bulletin of Atomic Scientists memperkirakan cadangan senjata nuklir Israel mencapai 80 hulu ledak, menurut laporan Washington Post.
Dalam laporan Associated Press (18/9/2016), disebutkan bahwa surat-menyurat elektronik pribadi tahun lalu milik mantan Menteri Luar Amerika Serikat Colin Powell, yang bocor pertengahan September lalu, mendiskusikan perihal senjata nuklir yang dimiliki Israel. Dalam surat-surat elektronik itu disebutkan bahwa negara Yahudi itu memiliki 200 hulu ledak nuklir.
“Iran tidak bisa menggunakannya meskipun jika mereka berhasil membuatnya,” tulis Powell dalam email yang ditujukan kepada Jeffrey Leeds soal senjata nuklir Iran. Leeds adalah seorang pengelola investasi global (hedge-fund) yang duduk di jajaran pengurus Colin L. Powell School for Civic and Global Leadership di City College of New York. “Anak-anak di Iran tahu Israel punya 200, yang semuanya mengarah ke Teheran, dan kita punya ribuan,” imbuh Powell dalam surat elektronik yang bocor ke publik itu.
Sebagian hulu ledak nuklir milik Amerika Serikat disimpan di pangkalan militer Incirlik di Turki (Baca: Kebakaran Besar Terjadi di Dekat Pangkalan NATO di Izmir Turki).*