Hidayatullah.com—Stasiun luar angkasa milik China yang tidak lagi berfungsi Tiangong-1 sudah memasuki atmosfer bumi dan terbakar di atas Samudera Pasifik Selatan hari Senin (2/4/2018), kata pihak berwenang keantariksaan China.
Sebagian besar bekas laboratorium luar angkasa itu terbakar ketika memasuki bumi, sekitar pukul 0015 GMT, kata pihak berwenang dalam pernyataan singkat di websitenya seperti dilansir Reuters.
United States Air Force 18th Space Control Squadron, yang mendeteksi semua benda artifisial yang berada di orbit bumi, mengatakan bahwa pihaknya juga melacak Tiangong-1 ketika memasuki bumi di atas perairan Pasifik Selatan.
Mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya telah mengkonfirmasi hal itu dengan mitra-mitranya di Australia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Korea Selatan dan Inggris.
Serpihan Tiangong-1 sepertinya sudah mendarat sekitar 100 km arah barat laut dari Tahiti, kata Brad Tucker, seorang astrofisikawan di Australian National University.
“Pecahan-pecahan kecil pastinya akan muncul ke permukaan,” katanya kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa 90 persen bagian dari sampah luar angkasa itu terbakar di atmosfer dan hanya sekitar 10 persen yang mencapai permukaan bumi, dengan bobot sekitar 700 kg sampai 800 kg.
“Kemungkinan besar akan menjadi serpihan di tengah samudera, dan bahkan jika orang menemukannya, maka akan tampak seperti sampah pada umumnya di lautan dan tersebar di area yang sangat luas hingga ribuan kilometer persegi,” imbuhnya.
Memiliki panjang 10,4 meter, Tiangong-1 atau Istana Surgawi-1 diluncurkan China pada tahun 2011 sebagai proyek pembuka bagi ambisi China untuk mengorbitkan stasiun antariksa berawak pada tahun 2022 atau 2023.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Awalnya Tiangong-1 akan dipensiunkan pada tahun 2013, tetapi misinya kemudian diperpanjang beberapa kali.
Hal itu menimbulkan kecurigaan internasional bahwa China sesungguhnya telah kehilangan kontrol atas propertinya di luar angkasa itu.
Tahun 2016, China akhirnya mengakui bahwa mereka memang kehilangan kendali atas Tiangong-1. Dan sejak itu berbagai otoritas keantariksaan di dunia berusaha memantau pergerakannya dan memperkirakan waktu jatuhnya kembali ke bumi, guna mengantisipasi kemungkinan bahaya yang muncul.*