Hidayatullah.com–Taliban menjanjikan masa depan yang cerah di Afghanistan jika Amerika Serikat (AS) meninggalkan negara itu.
Pemimpin Taliban Sheikh Haibatullah Akhunzada mengatakan keselamatan warga Afganistan bergantung pada kepergian ”pasukan AS dan penjajah lain” dan kembali menyerukan perundingan dengan AS. ”
Jika Amerika memang menginginkan perdamaian di Afganistan, maka mereka harus secara langsung maju ke meja perundingan,” kata Akhunzada. ” Kami juga memastikan masa depan cerah negara ini, dengan perdamaian dan kesejahteraan,” katanya dikutip AFP.
Taliban juga menyatakan pihaknya berhasil membebaskan sebagian besar wilayah di Afganistan. Taliban juga mengecam pemindahan kantor kedutaan AS untuk Israel di Yerusalem (Baitul Maqdis) karena pemindahan tersebut menunjukkan kebencian mutlak AS terhadap Islam.
Taliban selama ini berperang melawan pasukan AS dan NATO yang telah bercokol di negeri itu. Mereka juga mengangkat senjata untuk menggulingkan pemerintah sekarang dan kembali berkuasa, setelah dulu pernah digulingkan NATO pada 2001.
Baca: Perang di Afghanistan, Sebuah “Perang Sumber Daya Alam
”Penjajah Amerika tidak pernah menahan diri melakukan tindakan keji hanya untuk menguasai negara kami. Mereka mengebom desa, kota, masjid, madrasah, membunuh warga tidak berdosa, dan menyiksa ribuan orang dalam penjara,”kata Akhunzada.
Taliban, yang secara mengejutkan mengumumkan gencatan senjata tiga hari semasa Idul Fitri. Tliban mengumumkan gencatan senjata pertamanya dengan pasukan Afghanistan hari Sabtu, menerima tawaran pemerintah Kabul untuk menghentikan pertempuran pada akhir bulan suci Ramadhan.
Kelompok itu, dalam sebuah pernyataan kepada wartawan, mengatakan akan memberlakukan gencatan senjata dengan pasukan Afghanistan selama tiga hari tetapi akan melanjutkan serangan terhadap pasukan asing. Amerika Serikat memiliki sekitar 15.000 tentaranya di Afghanistan.
“Mujahidin diperintahkan untuk menghentikan serangan terhadap musuh lokal, tetapi membela jika mereka diserang,” kata kelompok itu. Gencatan senjata akan bertepatan dengan Idul Fitri, Hari Raya umat Islam menandai akhir Ramadhan.
Taliban juga mengatakan pihaknya mungkin membebaskan tahanan, termasuk pasukan pemerintah, asalkan mereka setuju untuk menahan diri dari memerangi gerilyawan di masa depan, kata pernyataan itu. Tidak jelas berapa banyak pasukan Afganistan yang dikuasai Taliban.
Baca: Amerika Serikat Pindahkan Pasukan dari Iraq ke Afghanistan
Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dari kelompok perlawanan, yang telah memerangi pasukan asing dan sekutu lokal mereka invasi Amerika dan sekutunya tahun 2001, terjadi dua hari setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengumumkan gencatan senjata selama seminggu mulai Selasa dan mengundang Taliban untuk menanggapi dengan cara yang sama. Pengumuman mengejutkan Ghani menggarisbawahi keinginannya untuk membangun proses perdamaian yang dapat mengakhiri konflik yang bahkan para pendukungnya katakan tidak dapat dimenangkan secara militer.
Kedamaian di Afghanistan seolah tak pernah berakhir sejak kehadiran tentara asing pimpinan AS, sekaligus menjadi dasar keberatan Taliban yang sejak lama menuntut penarikan total pasukan asing sebagai prasyarat perundingan damai dengan pemerintah Afghanistan.
Gerakan Taliban pernah berkuasa pada 1996 setelah perang saudara yang pecah akibat langsung dari perang antara Afghanistan dan Uni Soviet. Namun lima tahun kemudian mereka ditumbangkan oleh invasi militer koalisi tentara Barat pimpinan AS.
Misi tempur NATO, yang pernah didukung oleh lebih dari 130.000 tentara, ditarik dari Afghanistan pada 2014. Manun milisi Taliban secara siginifikan merebut lebih banyak wilayah sejak ribuan tentara asing ditarik.*