Hidayatullah.com–Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo hari Selasa (10/07/2018) mengadakan pembicaraan dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al Nahyan untuk membahas hubungan bilateral dan perkembangan di kawasan.
Dalam pembicaraan di Ibu Kota Uni Emirat Arab (UEA) ini, keduanya membahas “kerja sama bilateral dan keinginan kedua negara untuk memperkuat hubungan, terutama dalam perang melawan terorisme dan ekstremisme”, ujar pejabat UEA seperti dilansir Kantor berita WAM.
Kunjungan Pompeo ke Abu Dhabi adalah bagian dari rangkaian tur yang juga membawanya ke Korea Utara, Jepang, Vietnam, dan Afghanistan.
Pompeo diperkirakan akan mengakhiri turnya di Belgia pada Kamis.
UEA dan Amerika Serikat (AS) memiliki kedekatan dan kepentingan dalam mempengaruhi kawasan. Negeri kecil tetangga Qatar dan Oman yang hanya memiliki luas wilayan 83.600 km² ini merupakan salah satu Negara yang ikut andil memblokade Qatar bersama tiga Negara Teluk lain dibawah pimpinan Arab Saudi.
Tahun 2017 lalu, Pentagon mengumumkan Amerika Serikat dan UEA menandatangani kesepakatan pertahanan baru, menggantikan perjanjian tahun 1994, dimana mendorong peningkatan hubungan militer dan keamanan kedua belah pihak.
Berdasarkan perjanjian tersebut, AS bias membuka sebuah kantor hubungan militer di UEA dan memperoleh kemudahan untuk membangun pangkalan angkatan laut di negara Teluk Persia itu. Angkatan Laut AS telah membangun instalasi militer di pelabuhan Jebel Ali, Dubai, dan Fujairah.
Hubungan militer dan keamanan antara Washington dan Abu Dhabi semakin dekat ditandai kontrak penjualan senjata. AS juga menempatkan mesin-mesin perang di Pangkalan Udara Al Dhafra seperti, pesawat tempur F-22. Pangkalan ini menjamu 3.500 tentara dan jet-jet tempur Amerika.
Sebelumnya, UEA adalah salah satu yang justru setuju ketika Presiden Donald Trump mengumumkan pelarangan masuknya warga negara dari tujuh negara berpenduduk Muslim yang telah mengundang amarah dari berbagai penjuru dunia.
Tujuh negara yang dimaksud adalah Iran, Iraq, Suriah, Sudan, Somalia, Libya, dan Yaman.
Baca: Uni Emirat Arab akan Buka Taman Hiburan Ikon Warner Bross
Dalam pernyataan yang disampaikan di akun twitter, Dhahi Khalfan, Kepala Keamanan Umum di Dubai, pada Ahad, 29 Januari 2017, justru menyatakan dukungan kepada keputusan Presiden Donald Trump.
“Kami sepenuhnya mendukung Trump dalam melarang masuk mereka yang mungkin dapat mengganggu keamanan Amerika.”
“Setiap negara memiliki hak untuk melindungi keamanannya dari siapa pun yang mungkin berbahaya bagi keselamatan rakyatnya,” demikian pernyataan Dhahi Khalfan.
“Pemerintahan sebelumnya di AS telah merangkul semua orang yang dikejar-kejar di dunia Arab dan yang telah digolongkan sebagai teroris…Trump, yang kamu lakukan sudah benar.”
Sebagai catatan, pemegang paspor Uni Emirat Arab tidak termasuk yang dikenakan larangan menurut perintah eksekutif kontroversial Amerika Serikat tersebut.*