Hidayatullah.com–Prancis meluncurkan investigasi nasional terhadap kasus-kasus bayi cacat yang dilahirkan dengan lengan tak sempurna atau tanpa lengan.
Rata-rata jumlah kelahiran cacat abnormal terdeteksi di sejumlah daerah di seluruh penjuru negeri kata pejabat tinggi kesehatan hari Rabu (31/10/2018).
Kepala Badan Kesehatan Masyarakat Prancis Francois Bourdillon mengatakan kepada radio RTL bahwa penyelidikan sedang dilakukan dan hasilnya akan diketahui sekitar tiga bulan lagi, lansir RFI.
Sejauh ini terpantau sekitar 25 kasus kelahiran bayi cacat dalam kurun 15 tahun di daerah Brittany, Loire-Atlantique, dan Ain. Meskipun angkanya relatif kecil, tetapi kasus-kasus itu menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat dan diberitakan meluas di media.
Pada Senin malam (29/10/2018) otoritas kesehatan melaporkan ada tambahan 11 kasus di daerah Ain, dekat perbatasan dengan Swiss, antara tahun 2000 dan 2014 yang sebelumnya tidak pernah diungkap ke publik.
Para pejabat mengatakan kasus kelahiran bayi cacat di Brittany dan Loire-Atlantique, di pesisir barat Prancis, secara statistik “berlebihan” dan Menteri Kesehatan Agnes Buzyn berjanji akan menyelidikinya lebih lanjut.
Sejauh ini, belum ada penjelasan perihal penyebab kecacatan tersebut, meskipun para ibu sudah menjalani tes guna mengetahui apakah mereka terpapar zat berbahaya yang sama.
Sebagian aktivis lingkungan menuding penggunaan pestisida sebagai penyebabnya, tetapi klaim mereka itu tidak didukung bukti-bukti ilmiah.
Kecacatan pada bayi itu juga dapat disebabkan oleh masalah genetik.
“Kita tidak bisa berpuas diri dengan hanya mengatakan kita tidak menemukan penyebabnya. Hal seperti itu tidak dapat diterima,” ujar Buzyn.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, ribuan anak di seluruh dunia dilahirkan tanpa anggota tubuh lengkap atau mengalami kekerdilan. Masalah kecacatan itu kemudian diketahui berkaitan dengan thalidomide, obat yang kala itu banyak dipakai untuk mengatasi rasa mual di kalangan ibu hamil. Obat tersebut kemudian dinyatakan terlarang pada tahun 1960-an.*