Hidayatullah.com– Akses wartawan media ternama Amerika Serikat, CNN diboikot pihak Gedung Putih. Akses media ini untuk melakukan liputan ditangguhan setelah terjadi usai terjadi adu mulut dalam sesi tanya jawab dengan Presiden AS Donald Trump.
Seperti diberitakan BBC, Kamis (8/11/2018), seorang staf Gedung Putih mencoba merebut mikrofon yang dipegang Jim Acosta dari CNN saat konferensi pers pada Rabu 7 November. Sementara sang jurnalis berusaha mengajukan pertanyaan kedua kepada Donald Trump.
Juru bicara resmi Gedung Putih, Sarah Sanders membenarkan bahwa akses liputan Jim Acosta dihapus. Wartawan CNN itu disebut “orang kasar, mengerikan” oleh Trump pada konferensi pers hari Rabu.
Gedung Putih memboikot akses wartawan media ternama Amerika Serikat, CNN untuk meliput di sana. Penangguhan akses tersebut terjadi usai terjadi adu mulut dalam sesi tanya jawab dengan Presiden AS Donald Trump.
Baca: Media Amerika Serikat Bocorkan Rahasia tentang Kesepakatan Trump – Putin terkait Suriah
Seperti diberitakan BBC, Kamis (8/11/2018), seorang staf Gedung Putih mencoba merebut mikrofon yang dipegang Jim Acosta dari CNN saat konferensi pers pada Rabu 7 November. Sementara sang jurnalis berusaha mengajukan pertanyaan kedua kepada Donald Trump.
Juru bicara resmi Gedung Putih, Sarah Sanders membenarkan bahwa akses liputan Jim Acosta dihapus. Wartawan CNN itu disebut “orang kasar, mengerikan” oleh Trump pada konferensi pers hari Rabu.
Tak hanya itu, Trump meluncurkan serangan luar biasa terhadap Acosta dan mencap CNN sebagai “musuh rakyat” Amerika.
Trump bahkan membentak setelah wartawan itu bertanya tentang iklan kampanye Trump yang secara luas digambarkan sebagai perilaku “rasialis”.
Jim Acosta membenarkan bahwa kredensi persnya telah ditangguhkan setelah ribut dengan Presiden Trump hari Rabu (7/11/2018) waktu Washington.
Namun, Acosta menyebut tuduhan Sanders sebagai kebohongan.
Video kejadian itu dengan cepat beredar di dunia maya.
Konferensi pers di Gedung Putih yang diwarnai keributan itu sejatinya digelar Trump untuk menyampaikan sikapnya atas hasil pemilu sela di AS. Pemilu tersebut digelar sejak Selasa lalu, di mana kubu Partai Demokrat menguasai perolehan kursi parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sedangkan kubu Partai Republik berkuasa atas kursi Senat.
Baca: Donald Trump Menuduh Google Memanipulasi Berita Baik tentang Dirinya
Sejak terpilih pada Januari 2017, Trump banyak memusuhi media massa. Bahkan pernah menyebut CNN, NBC News, maupun New York Times sebagai Fake News (berita palsu) karena reportase mereka dianggap tidak adil.
Sebutan itu kemudian makin meluas dengan Trump menyatakan bahwa media yang dia sebut merupakan “musuh masyarakat”.
Pernyataan yang Trump lontarkan di Twitter kemudian disikapi keras penerbit New York Times, Arthur Gregg Sulzberger yang meminta Trump berhenti menggunakan istilah tersebut karena bisa meningkatkan kekerasan terhadap jurnalis maupun media.
Sulzberger menuturkan dalam pertemuannya dengan Trump di Gedung Putih, dia memberi tahu sang presiden bahwa retorika anti-persnya sudah dijadikan alat menindas di negara lain.
Dia menjelaskan selain mengancam nyawa, retorika Trump itu juga merendahkan demokrasi ideal yang dianut AS. “Selain itu, ucapan tersebut juga mengikis salah satu paham terbaik negara kita. Yakni kebebasan berpendapat dan bermedia massa,” ulas Sulzberger.*