Hidayatullah.com- Direktur Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization (PRISTAC/Setingkat SMA) Ustadz Dr Muhammad Ardiansyah menyampaikan Konsep Pendidikan dalam Syair-Syair Imam Syafi’i di Masjid Ulil Albab UNM, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (21/02/2020).
Imam Syafi’i dikenal sebagai seorang ulama ushul fiqh dan muhaddits (pakar hadits). Sebagai pakar ushul fiqh, ia menjadi orang pertama yang merumuskan kitab ushul fiqh yang kemudian dinamakan ar-Risalah. Sebagai pakar hadits, ia telah men-syarah banyak hadits dan membukukannya dalam suatu karya berjudul Musnad Imam Syafi’i. Begitu juga dengan syair-syair pendidikan Imam Syafi’i. Termasuk adab dalam menuntut ilmu.
“Kita bisa melihat bagaimana kisah Imam Syafi’i belajar sama Imam Malik. Hingga Imam Syafi’i diminta Imam Malik untuk membacakan muwatha-nya yang sampai ribuan hadits,” ucapnya.
Begitu juga dengan adab menuntut ilmu adalah meninggalkan dosa. Jika kita ingin mendapatkan ilmu yang besar adalah menjauhi maksiat dan dosa. Ilmu itu tempatnya di hati dan Allah tidak akan berikan cahayanya kepada yang kotor.
“Syair-syair Imam Syafi’i tentang adab dalam pendidikan. Misalnya adab dalam menuntut ilmu adalah dengan meninggalkan dosa. Aku pernah mengadu kepada Imam Waqi di Baghdad, susah menghafal. Lalu Imam Waqi menasihati aku untuk meninggalkan dosa, dan Imam Waqi mengatakan ilmu Allah itu adalah cahaya dan cahayanya Allah tidak diberikan kepada orang yang berdosa,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Dr Muhammad Ardiansyah menjelaskan tentang syair Imam Syafi’i tentang pentingnya menulis ilmu yang didapatkan.
“Syair Imam Syafi’i tentang menulis. Ilmu itu bagaikan binatang buruan, menulis itu adalah ikatannya. Termasuk sebuah kebodohan adalah memburu sebuah buruan kamu tidak ikat, akhirnya buruan itu lepas lagi,” ungkapnya.
Sejarah telah mencatat bahwa para ulama dahulu disuguhi oleh karya-karya yang gemilang. Bahkan mereka disebut sebagai ulama ensiklopedia.
“Tradisi ilmu itu telah tercatat dalam sejarah sebagaimana Imam Al-Haramain guru Imam Al-Ghazali yang menulis kitab sebanyak 35 jilid dan juga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang menulis Majmu’ Fatawa sebanyak 35 jilid. Jadi, ulama dulu adalah ulama ensiklopedia,” tandasnya.
Di akhir materinya, Direktur Pristac ini menyampaikan syair Imam Syafi’i tentang pentingnya usaha dan berjuang dalam menuntut ilmu.
“Orang yang berakal dan beradab tidak betah terhadap suatu tempat. Oleh karenanya tinggalkan tempat kelahiran kamu untuk menuntut ilmu. Berangkat jauh ke sana, kalian akan mendapatkan apa yang kalian tinggalkan. Dan jangan pernah bosan untuk bersusah payah, karena hidup ini kenikmatannya di dapatkan melalui kesusahan,” tutupnya.* (Muhammad Akbar)