Hidayatullah.com—Sebanyak 44 tersangka anggota Boko Haram, yang ditangkap belum lama ini dalam operasi militer, telah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di dalam sel penjara mereka, tampak karena diracun. Demikian diumumkan hari Sabtu (18/4/2020) oleh Jaksa Agung Chad.
Berbicara di layar televisi nasional, Youssouf Tom mengatakan 44 orang itu ditemukan dalam kondisi mati di sel mereka pada hari Kamis (15/4/2020), lapor AFP.
Otopsi yang dilakukan terhadap 4 dari puluhan jasad itu mengungkap adanya jejak zat mematikan yang memicu serangan jantung pada sebagian korban dan kesulitan bernapas yang sangat pada sebagian lainnya, kata Youssouf Tom.
Puluhan pria yang tewas di sel tersebut termasuk 58 orang yang ditangkap dalam operasi besar di daerah Danau Chad akhir Maret lalu, yang diluncurkan oleh Presiden Idriss Deby Itno.
Jaksa Agung menjelaskan bahwa menyusul operasi militer itu, 58 orang anggota Boko Haram dijebloskan ke penjara dan dibawa ke Ndjamena untuk keperluan investigasi.
“Hari Kamis pagi, petugas yang menjaga mereka mengatakan kepada kami bahwa 44 tahanan ditemukan mati di dalam selnya,” kata Tom, yang mengaku sudah meninjau ke lokasi kejadian.
“Kami sudah memakamkan 40 mayat dan mengirimkan 4 jasad untuk diotopsi,” kata Tom, seraya menambahkan bahwa investigasi masih dilakukan guna memastikan bagaimana puluhan pria tersangka anggota Boko Haram itu menemui ajalnya.
Tanpa ingin identitasnya diungkap, seorang anggota keamanan mengatakan kepada AFP bahwa ke-58 tahanan itu “ditempatkan dalam satu sel dan tidak diberikan apapun untuk makan atau minum selama dua hari.”
Mahamat Nour Ahmed Ibedou, sekretaris jenderal Convention for the Protection of Human Rights (CTDDH), membuat tuduhan yang serupa.
Petugas penjara “mengurung para tahanan dalam sebuah selkecil dan tidak memberikan mereka makan dan air selama tiga hari karena mereka dituduh sebagai anggota Boko Haram,” kata Ibedou kepada AFP. “Apa yang terjadi itu sungguh sangat mengerikan.”
Pemerintah Chad membantah tuduhan-tuduhan tersebut.
“Tidak ada perlakuan buruk,” kata Menteri Kehakiman Chad Djimet Arabi kepada AFP lewat sambungan telepon.
“Zat beracun ditemukan di dalam perut mereka. Apakah itu aksi bunuh diri bersamaatau lainnya? Kami masih mencari jawabannya,”kata Arabi, seraya menambahkan bahwa investigasi masih berlangsung.
Satu orang tahanan dibawa ke rumah sakit hari Kamis, tetapi kondisinya sudah jauh lebih baik dan kembali “bergabung dengan 13 tahanan lain yang masih hidup dan mereka baik-baik saja,” kata Arabi.
Awal pekan Menteri Kehakiman itu mengatakan kepada AFP bahwa orang-orang yang ditangkap tersebut dibawa ke Ndjamena pada hari Selasa malam dan diserahkan ke pengadilan untuk disidang.
Operasi militer terhadap Boko Haram menewaskan lebih dari 1.000 anggota kelompok bersenjata itu dan merenggut nyawa 52 prajurit Chad, menurut jubir Angkatan Darat Chad. Operasi militer itu berlangsung dari 31 Maret sampai 8 April.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Operasi militer itu merupakan respon atas serangan Boko Haram atas tentara Chad di pangkalan militer Bohoma di kawasan Danau Chad yang menewaskan 98 prajurit. Korban nyawa itu merupakan kehilangan terbesar dalam sehari yang pernah dialami tentara Chad sejak memerangi militan Boko Haram.
Sejak itu, Presiden Idriss Deby memperingatkan para sekutunya di kawasan itu bahwa tentara Chad tidak akan lagi ambil bagian dalam operasi di luar wilayahnya. Pasukan Chad, yang dianggap salah satu yang terbaik di kawasan itu, sebelum ini memerangi Boko Haram di sekitar Danau Chad sebagai bagian dari Joint Multinational Force bersama tentara dari Nigeria, Kamerun dan Niger.
Namun, hari Jumat kemarin Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly mengatakan bahwa Chad masih berkomitmen dalam pasukan anti-militan Muslim G5 Sahel yang beroperasi di kawasan tersebut. Prancis merupakan bekas penjajah negara-negara tersebut, yang sampai saat ini masih mencengkramkan pengaruhnya di sana.*