Hidayatullah.com—Huawei kini berbisnis ternak babi sementara perusahaan mengalami penurunan tajam pada penjualan ponselnya karena menghadapi beragam sanksi keras.
Perusahaan teknologi asal China itu tidak lagi dapat mengakses komponen-komponen vital untuk pembuatan gawai telekomunikasinya setelah pemerintah Amerika Serikat pimpinan Donald Trump menyatakannya sebagai ancaman bagi keamanan nasional AS.
Huawei lantas mencari sumber uang dari bidang lain seperti layanan cloud computing, kendaraan pintar dan perangkat yang dapat dikenakan. Perusahaan asal China itu bahkan melirik industri peternakan babi. Sebagaimana diketahui setengah populasi babi di dunia berada di China, dan peternakan terbesar sedunia ada di negara itu.
Dengan kecerdasan buatan, teknologi membantu memodernisasi sektor peternakan yaitu dengan memonitor posisi ternak dan kesehatannya.
Teknologi pengenalan wajah dapat dipakai untuk mengidentifikasi setiap babi, sementara perangkat digital memantau berat badan, diet dan kegiatan fisiknya mereka.
“Peternakan babi merupakan contoh lain bagaimana kita dapat merevitalisasi sebagian industri tradisional dengan ICT (Information and Communications Technology) untuk menciptakan nilai lebih bagi berbagai industri di era 5G,” kata Huawei menambahkan.
Awal bulan ini, pendiri dan CEO Huawei Ren Zhengfei mengumumkan lab inovasi pertambangan di Provinsi Shanxi di bagian utara China.
Dia ingin mengembangkan teknologi untuk pertambangan batubara yang akan “mengurangi jumlah pekerja, meningkatkan keselamatan dan meningkatkan efisiensi” dan memungkinkan pekerja tambang mengenakan “setelan jas dan dasi” saat bekerja. Ren juga mengatakan perusahaan yang didirikannya tersebut akan membuat barang-barang konsumen seperti televisi, komputer dan tablet.
“Kita masih dapat bertahan hidup tanpa mengandalkan penjualan ponsel,” kata Ren, seraya menambahkan bahwa sepertinya Amerika Serikat tidak akan menghapus Huawei dari daftar hitam.
Perusahaan alat telekomunikasi terbesar di dunia itu mengalami kesulitan dalam penjualan produknya 4G setelah Amerika Serikat membatasi impor komponen yang diperlukan, dan menghalangi Huawei ikut menggarap jaringan 5G di AS dan berbagai negara sekutunya dengan alasan risiko keamanan nasional.
Akibat sanksi yang dijatuhkan, penjualan ponsel Huawei turun 42% di kuartal akhir 2020 karena kurangnya pasokan microchips.
Berbagai laporan mengabarkan bahwa tahun ini Huawei akan mengurangi produksi ponsel hingga 60%, meskipun belum ada konfirmasi dari pihak perusahaan.*