SAHL AT TUSTARI memanggil tetangganya penganut Majusi di saat beliau hendak wafat. Kebetulan si tetangga tinggal di rumah susun yang berada di atas rumah Sahl.
Saat memasuki rumah Sahl, si Majusi menyaksikan ada bejana penampung air yang diletakkan di bawah rumah si Majusi yang berlubang, yakni di posisi kamar mandinya.
Melihat pemandangan seperti itu, si Majusi bertanya,”Wahai Syeikh, apa ini?” Sahl At Tustari pun menyampaikan,”Sejak satu tahun lalu, kamar mandi Anda bocor sampai airnya mengalir ke rumah ini. Dan tiap hari aku letakkan bejana itu, seperti yang Anda saksikan, dan malamnya aku buang airnya lalu kukembalikan posisinya seperti semula. Kalau bukan karena hendak wafat dan aku tidak menghendaki orang selainku berbuat tidak baik kepada Anda, maka aku tidak akan memberitahu tentang hal ini.”
Mendengar penuturan Sahl At Tustari, si Majusi pun menangis dan manyampaikan,”Demi Allah, betapa akhlak baik selalu menghiasi agama. Celakalah aku, Engkau memperlakukanku dengan perlakuan demikian, engkau meninggal sedangkan aku masih dalam kesesatan. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Dan aku wakafkan rumahku ini untuk para faqir.” (Thabaqat Al Auliya, hal. 235).*