Hidayatullah.com– Enam unit produksi vaksin bergerak yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Jerman BioNTech tiba di Rwanda.
Ini merupakan pengiriman pertama unit tersebut ke Afrika, saat benua itu berusaha mendongkrak produksi lokal vaksin mRNA.
Unit tersebut, yang dibuat dari peti kemas yang didaur ulang, tiba di ibukota Kigali pada hari Senin. Setelah selesai dirakit unit itu akan menjadi tempat pembuatan vaksin untuk berbagai macam penyakit, lansir RFI Selasa (14/3/2023).
“Ini momen bersejarah,” kata Chief Operating Officer BioNTech, Sierk Poetting.
“Teknologinya scalable. Juga fleksibel sehingga bisa dipindahkan kemana saja,” imbuh Poetting.
Fasilitas yang berada di Kigali akan dapat memproduksi hingga 100 juta vaksin mRNA setahun. Perlu waktu sedikitnya 12 bulan sebelum fasilitas itu mulai menghasilkan vaksin.
BioNTech mengatakan bahwa pihaknya sudah mempekerjakan 9 ilmuwan lokal, dengan rencana menaikkan jumlah staf sedikitnya menjadi 100 tahun depan, dan pada akhirnya tenaga-tenaga setempat yang akan menjalankan fasilitas itu.
Peti-peti kemas itu, yang dijuluki BioNTainers, selain membuat vaksin Covid-19 juga akan menjadi pelopor pengembangan vaksin untuk melawan penyakit lain seperti malaria, TBC dan HIV yang banyak merenggut nyawa warga Afrika.
“Kami juga sedang memikirkan terapi kanker yang sedang kami kembangkan yang dapat diproduksi di BioNTainer ini,” kata Poetting.
Rwanda akan mendistribusikan vaksin yang dibuat di BioNTainer ke 55 negara anggota Uni Afrika.
“Ini menunjukkan kekuatan sains, kemitraan, dan kemanusiaan, apa yang dapat dilakukan orang untuk memerangi pandemi yang mengerikan,” kata Menteri Kesehatan Rwanda Sabin Nsanzimana.
BioNTainer rencananya juga akan dikirimkan ke Afrika Selatan dan Senegal, menurut BioNTainer.*