Hidayatullah.com–Pimpinan tim pencari fakta bentukan pemerintah Mesir untuk menyelidiki kasus-kasus pasca unjuk rasa 30 Juni 2013 mengatakan bahwa para saksi dari Al-Ikhwan Al-Muslimun berbicara kepada Human Rights Watch, tetapi tidak kepada timnya, lansir Al-Ahram Kamis (14/8/2014).
Fouad Abdel-Moneim Riad mengatakan hal itu kepada para wartawan, seraya menambahkan bahwa komitenya menghadapi sejumlah kendala, termasuk tidak adanya anggota Al-Ikhwan yang mau memberikan kesaksian mereka tentang pembubaran kamp demonstran di Rabaa Agustus tahun lalu.
Riad mengatakan pihaknya menawarkan kerahasiaan identitas untuk para saksi, tetapi mereka masih menolak untuk bicara.
Komite mengulangi imbauannya agar kelompok HAM lokal dan internasional beserta para keluarga korban tewas dalam kerusuhan pembubaran kamp Rabaa angkat bicara memberikan informasi atau bukti yang mereka miliki. Komite menjamin kerahasiaan laporan itu.
Dalam sebuah pernyataannya komite pencari fakta bentukan pemerintah Mesir hari Rabu (13/8/2014) mengkrtitik laporan HRW yang dirilis sehari sebelumnya dalam rangka peringatan satu tahun pembubaran kamp demonstran Al-Ikhwan di Rabaa. HRW, menurut komite, “mengabaikan” kekerasan dan serangan atas gereja, universitas-universitas, serta kantor-kantor polisi, lansir Aswat Masriya yang merupakan afiliasi kantor berita Reuters.
Menjawab tudingan bahwa komite bekerja secara tidak transparan, Riad –seorang mantan hakim internasional dan seorang profesor bidang hukum– mengatakan bahwa komitenya bekerja secara rahasia sampai laporannya dirilis kira-kira bulan September besok.
Komite itu dibentuk Desember tahun lalu melalui dekrit yang dikeluarkan oleh presiden sementara Adly Mansour.
Pemerintah Kairo pekan ini juga mengkritik laporan HRW soal Rabaa yang dinilai bias dan menutup mata atas serangan-serangan teror di berbagai wilayah Mesir usai pembubaran kamp demonstran Al-Ikhwan dan pendukung mantan presiden Muhammad Mursy itu.
Dalam laporannya HRW menyebutkan sedikitnya 817 orang tewas saat aparat membubarkan dua kamp demonstran pro-Mursy terbesar di Kairo (salah satunya di Rabaa), sementara perkiraan lainnya menyebutkan lebih dari 1.000 orang. Sedikitnya 800 orang ditangkap dalam pembubaran kamp-kamp demonstran itu, yang disebut HRW seperti kejahatan terhadap kemanusiaan.
HRW juga menyebutkan terjadi serangan sedikitnya atas 42 gereja di berbagai wilayah gubernuran seperti di Minya, Asiut, Fayoum, Giza, Suez, Sohag, Bani Suaif dan Sinai Utara. HRW juga menyinggung tentang adanya serangan terhadap kantor-kantor polisi.*