Hidayatullah.com— Mantan senator AS sekaligus Ketua Koalisi Yahudi Partai Republik, Norm Coleman menyatakan kekecewaannya dengan komunitas Yahudi bahwa pihaknya kalah merebut hati Gen Z dalam perang digital dalam isu Palestina.
“Mayoritas Gen Z memiliki kesan yang tidak baik tentang ‘Israel’. Dan, teman-teman, saya pikir alasannya adalah kita kalah dalam perang digital,” ujarnya pada pertemuan puncak yang diselenggarakan Jewish News Syndicate yang didanai Adelson pada tanggal 27 April 2025.
Coleman menyoroti peran platform alternatif seperti TikTok yang menurutnya menjadi sumber utama informasi bagi generasi muda dan memengaruhi persepsi mereka terhadap penjajah ‘Israel’.
“Mereka mendapatkan informasi dari TikTok, dan… dan kita kalah dalam perang itu,” dalam pidatonya dan mendesak adanya strategi komunikasi yang lebih kuat secara daring demi menjaga dukungan mayoritas warga Amerika terhadap ‘Israel’.
“Kita harus memastikan itu terjadi,” tegasnya sebagaimana dikutip laman thegrayzone.com.
Komentar Coleman muncul tak lama setelah lembaga survei Pew Research merilis data yang menunjukkan bahwa 53 persen warga Amerika kini memiliki pandangan yang tidak menyukai ‘Israel’.
Padahal, kata Norm Coleman dengan mengangkat alisnya, “penguasa alam semesta sudah dikuasai orang Yahudi”.
Coleman menunjuk ke berbagai perusahaan teknologi raksasa yang didirikan orang-orang Yahudi, dan menjadi semangat yang lebih besar untuk menyensor apasaja kritik kepada ‘Israel’.
“Dan jika dipikir-pikir, Penguasa Alam Semesta adalah orang Yahudi! Kita punya Altman di OpenAI, kita punya [pendiri Facebook Mark] Zuckerberg, kita punya [pendiri Google] Sergey Brin, kita punya kelompok yang sama. Jan Koum, Anda tahu, mendirikan WhatsApp. Itu kita,” katanya selama konferensi di Yerusalem yang juga dihadiri Benjamin Netanyahu.
Namun, bagi Coleman, tampaknya ini belum cukup. “Kita harus mencari cara untuk memenangkan pertempuran digital,” katanya kepada peserta pertemuan.
“Kita harus memakai sepatu digital kita, sehingga kebenaran dapat menang atas kebohongan. Dan ketika kita melakukannya, masa depan ‘Israel’ akan lebih kuat karena mayoritas dari semua orang Amerika akan mendukung ‘Israel’. Kita akan mewujudkannya, kita harus mewujudkannya. Terima kasih, Baruch hashem,” ujarnya.
Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu –yang oleh ICC disebut sebagai penjahat perang— naik panggung tepat setelah pidato Coleman, menyoroti minat Tel Aviv dalam acara tersebut, yang disebut sebagai “KTT Kebijakan JNS Perdana untuk mengatasi masalah strategis ‘Israel’ yang mendesak.”
Sementara CEO Liga Anti-Pencemaran Nama Baik (ADL) Jonathan Greenblatt mengatakan hal serupa awal tahun ini ketika ia berbicara di hadapan Knesset ‘Israel’ tentang pentingnya “menguasai” TikTok.
“Menguasai TikTok mungkin tampak kurang berarti daripada mempertahankan Gunung Hermon…tetapi ini mendesak karena perang berikutnya akan diputuskan berdasarkan bagaimana ‘Israel’ dan sekutunya bertindak daring,” katanya.
Greenblatt juga mengatakan bahwa “kejeniusan” di balik “serangan pager” Yahudi terhadap Lebanon kini dibutuhkan untuk melawan antisemitisme.
Pernyataan para dedengkot Yahudi ini muncul setelah banyak jajak pendapat menunjukkan bahwa anak muda Amerika semakin skeptis terhadap ‘Israel’.
Survei terbaru menunjukkan 71% Demokrat dan 50% Republik di bawah usia 49 tahun kini memiliki pandangan yang tidak baik terhadap penjajah ‘Israel’.
Coleman memulai kariernya sebagai aktivis antiperang yang pernah bekerja sebagai roadie untuk Jethro Tull, dan diskors dari Universitas Hofstra karena memimpin aksi duduk.
Selain menjabat sebagai ketua nasional Koalisi Yahudi Republik dan pendiri super PAC Congressional Leadership Fund, Coleman sekarang bekerja sebagai pelobi utama untuk Kerajaan Arab Saudi.*