Hidayatullah.com—China dituduh menggunakan sekolah asrama yang dikelola pemerintah sebagai alat genosida budaya terhadap anak-anak Uighur di Xinjiang.
Tuduhan tersebut dinyatakan dalam laporan Pusat Studi Uighur (CUS) berjudul “Breaking the Roots” tersebut mengungkap bahwa anak-anak usia sekolah dasar dipisahkan secara paksa dari keluarga mereka dan ditempatkan di sekolah asrama, di mana bahasa Uighur dilarang, ikatan keluarga dilemahkan, dan kesetiaan kepada Partai Komunis ditanamkan secara paksa.
CUS menggambarkan tindakan ini sebagai upaya sistematis untuk menghapus identitas, bahasa, dan agama komunitas Uighur. Banyak orangtua dilaporkan ditahan, menyebabkan hilangnya komunikasi sepenuhnya dengan anak-anak mereka.
CUS menyatakan bahwa kebijakan asimilasi ini semakin intensif setelah peristiwa 11 September 2001 ketika Tiongkok menggunakan narasi ‘antiterorisme’ sebagai pembenaran untuk menekan kelompok etnis Uighur.
Di antara tindakan represif ini adalah deportasi jutaan etnis Han ke Xinjiang, kamp konsentrasi, dan sekarang sekolah asrama paksa.
Laporan ini menambah kekhawatiran internasional tentang penindasan etnis dan agama di bawah kebijakan resmi Tiongkok di wilayah tersebut.*