Hidayatullah.com— Di tengah aksi genosida di Jalur Gaza Palestina yang semakin berat, muncul kelompok kriminal bersenjata baru, namanya Popular Forces, dipimpin tokoh lokal Yasser Abu Shabab dari klan Rafah.
Kemunculan kelompok ini menjadi sorotan global –bahkan di kalangan penduduk haram ‘Israel’ yang menduduki tanah Palestina— sendiri, karena ia disewa penjajah untuk melawan semua pejuang pembebasan Palestina, termasuk Hamas.
Popular Forces adalah milisi criminal lokal yang dibentuk di Rafah, selatan Gaza. Sekitar 100 anggota diberi seragam baru dan senjata lengkap milik ‘Israel’— dan mengendalikan beberapa wilayah Rafah.
Siapa Yasser Abu Shabab?
Yasser Abu Shabab muncul sebagai tokoh utama kelompok ini. Menurut Quds News berbasis di Palestina, Ia adalah figur kontroversial dengan rekam jejak kriminal; sebelumnya dikenal terkait sel-sel kejahatan dan bahkan disebut memiliki keterkaitan ekstremisme.
Jaringan kegiatannya meliputi penjarahan truk bantuan kemanusiaan dan monopoli distribusi makanan.
Hubungan Popular Forcer dengan ‘Israel’
Benyamin Netanyahu baru-baru ini secara terbuka menyatakan “mengaktifkan” klan criminal lokal seperti ini sebagai bagian dari strategi untuk melemahkan pejuang Hamas dan mengurangi risiko pasukan penjajah jadi korban, lapor laman theguardian.com.
Laporan The Wall Street Journal juga mengungkap bahwa milisi ini menerima senjata langsung dari militer ‘Israel’, meski dibantah Abu Shabab.
Namun, PBB dan media seperti The Guardian menyatakan bahwa adanya indikasi penjajah ‘Israel’ membiarkan atau memfasilitasi aktivitas milisi ini untuk menggantikan peran Hamas dalam pengelolaan bantuan makanan.
Jejak Kriminal dan Kontroversinya
Popular Forces telah terlibat dalam berbagai aksi kriminal, seperti penjarahan bantuan kemanusiaan dan sabotase distribusi makanan.
Media internasional melaporkan aktivitas mereka menciptakan kekacauan dan mengganggu operasi bantuan, serta terlibat bentrok dengan pejuang Hamas, lapor apnews.com.
Bahkan, anggota keluarganya sempat memutus dukungan terhadap Abu Shabab dan mengekspresikan keprihatinan publik.
Warga Gaza menilai Popular Forces sebagai kriminal dan ancaman baru.
Penolakan terhadap milisi ini meningkat setelah penjarahan bantuan kemanusiaan untuk rakyat yang sedang diblokade dan dalam kondisi memprihatinkan.
Beberapa anggota parlemen ‘Israel’ seperti Avigdor Lieberman menyuarakan kecemasan bahwa kelompok ini dapat menjadi senjata tak terduga.*