Hidayatullah.com–Bukan tanpa alasan kalau Pakistan gencar memburu kelompok militan Islam Taliban dan Al Qaidah. Pusat intelijen Amerika (CIA) menjanjikan hadian USD 3.000-25.000 (sekitar Rp 28 juta-239 juta) untuk penangkapan anggota kelompok tersebut.
Salah seorang pensiunan CIA Gary Schroen mengaku membawa sendiri hadiah itu. "Bukan hal yang mengejutkan bila kita menyediakan hadiah," kata Schroen.
Dia mengatakan, pejuang Afghanistan, seperti Jenderal Rashid Dostum, termasuk tokoh yang menikmati hadiah itu. Dostum mendapatkan hadiah tersebut karena orang-orangnya dianggap mampu menangkap lebih banyak anggota militan Taliban dan Al-Qaidah, istilah yang sering mereka pergunakan sebagaimana Amerika melakukannya.
Namun, Menteri Informasi Pakistan Sheikh Rashid Ahmed membantah. "Tak seorang pun menerima hadiah," katanya. Pernyataan serupa dikeluarkan pemerintah AS melalui Departemen Pertahanan, Hukum, serta CIA. Mereka mengaku tidak mengetahui masalah tersebut.
Menurut departemen itu, hadiah hanya diberikan kepada yang mampu memberikan informasi atas keberadaan tersangka teroris yang diburu AS. Steve Pike, jubir Dephan AS, mengatakan bahwa hingga saat ini, dana yang dikeluakan mencapai USD 57 juta (sekitar Rp 545 miliar). Program tersebut menawarkan USD 25 juta (sekitar Rp 239 miliar) untuk informasi yang mengarah pada penangkapan pemimpin Al-Qaidah Usamah bin Laden dan sebutan ‘kelompok militan’ lain, seperti di Yordania Abu Musab al-Zarqawi.
Dengan janji hadiah itu, para tahanan di Penjara Teluk Guantanamo merasa bahwa mereka sengaja "dijual" kepada AS. Seorang tahanan yang mengaku pengungsi Afghanistan di Pakistan menuduh intelijen negara tersebut telah menjualnya.
"Saat saya dipenjara, mereka berkata saya harus menyediakan sejumlah uang untuk membebaskan saya. Jika tidak, saya akan dituduh dengan tuduhan palsu dan dijual kepada AS. Karena itu, saya sekarang berada di Cuba," ujarnya. Dia mengatakan bahwa dirinya ditahan selama dua bulan 20 hari sebelum dijual kepada AS.
Nasser al-Mutairi, seorang warga Kuwait yang dibebaskan, mengatakan kepada al-Odha bahwa pasukan Dostum menjualnya kepada Pakistan seharga USD 5.000 (sekitar Rp 47 juta).
Selanjutnya, Pakistan menjual mereka kepada AS. "Saya juga mendengar, orang-orang Arab dijual kepada pemerintah mereka sendiri oleh Pakistan," ungkapnya.Tahanan lain menyatakan bahwa dia ditangkap ketika dalam perjalanan ke Jerman pada 2001 lalu. Mafia yang menangkapnya menerima bayaran sekoper penuh uang setelah menyerahkan kepada "pembeli".
Sebelum dibawa ke Guantanamo, dia sempat ditahan beberapa waktu di Afghanistan. "Hal ini sangat jelas. Mereka tahu bahwa AS memburu warga Arab. Maka mereka menangkap warga Arab dan menjualnya, seperti menangkap ikan dan menjualnya," jelasnya.
Seorang tahanan yang mengaku pejuang Taliban mengatakan bahwa dia dan sejumlah temannya dijebak pasukan Rashid Dostum. Mereka ditangkap dan diperbolehkan pulang jika menyerahkan senjata mereka.
Namun, pasukan Dostum tidak memenuhi kesepakatan itu dan menjual mereka kepada AS. Sejumlah tahanan yang berasal dari Suku Uighurs, China, juga mengalami hal yang sama. Mereka dibawa ke perbatasan Pakistan, kemudian dijual kepada AS dan diterbangkan ke Guantanamo. "Kami dibawa ke perbatasan dan disuguhi daging domba sebagai makan malam. Kami juga menginap di rumah mereka," ujarnya. (ap/jp/cha)