Hidayatullah.com–Ada 21 permukiman di Jalur Gaza yang akan ditinggalkan Israel dalam program yang dinamai PM Israel Ariel Sharon sebagai rencana perjanjian dan dilaksanakan Agustus mendatang. Selain itu, ada empat permukiman lain di Tepi Barat.
Secara umum, ke-21 blok permukiman di Gaza itu bisa dikelompokkan berdasarkan komunitas penghuninya.
Pertama, permukiman komunitas religius. Permukiman kelompok ini antara lain adalah Atzmona, Bedolah, Gadid, Ganei Tal, Gan Or, Katif, Kfar Darom, Morag, Netzarim, Netzer Hazani, dan Neve Dekalim.
Kedua, permukiman komunitas non-religius yaitu Dugit, Elei Sinai, Kfar Yam).
Ketiga, permukiman komunitas campuran terdiri dari Nisanit, Pe’at Sade, dan Rafiah Yam. Gush Khatif, yang terletak di sisi garis pantai Gaza selatan, merupakan blok permukiman terbesar. Blok ini merupakan pintu masuk ke pantai dari kota-kota utama Palestina seperti Khan Yunis dan Rafah.
Blok ini juga menjadi penegas kontrol Israel atas perbatasan Mesir-Gaza atau yang dikenal sebagai Philadephia Route. Di blok permukiman ini pula terdapat banyak komunitas religius garis keras.
Di luar ketiga kelompok permukiman itu, ada kelompok permukiman lainnya. Yaitu Elei Sinai, Dugit, dan Nisanit terletak di sepanjang perbatasan utara dengan Israel, sekaligus menyambung kehadiran Israel dari Kota sheklon (di dalam Israel) hingga tepi Kota Gaza.
Sementara itu, Netzarim, Kfar Darom, dan Morag terletak di posisi yang strategis, yaitu di jantung Jalur Gaza. Permukiman ini merupakan pusat kontrol Israel terhadap kawasan itu. Karena dari ketiga permukiman ini Israel bisa membagi Jalur Gaza menjadi area-area terpisah dan mengisolasi wilayah lainnya.
Selain itu, permukiman-permukiman ini mengontrol lahan pertanian utama, dan sekitar sepertiga dari total garis pantai Gaza.
Ekonomi kawasan ini umumnya mengandalkan pertanian, dengan beberapa industri lokal (Neve Dekalim dan Katif) dan kawasan wisata (Dugit, dan Katif).
arga dari blok utara –Elei Sinai, Nisanit, dan Dugit– terpisah dari para pemukim lainnya.
Untuk masuk ke kawasan permukiman lainnya, mereka harus masuk ke Israel terlebih dulu, dan baru masuk ke Gaza kembali lewat pintu masuk lain. Kehidupan sosial dan ekonomi blok utara ini sangat tergantung dengan Israel ketimbang blok permukiman lainnya. Sebagian besar warga blok permukiman ini belajar dan bekerja di Israel.
Setelah ditinggalkan para penghuninya, seluruh permukiman itu akan dihancurkan. Total ada 1.700 keluarga yang dikeluarkan. Di antara mereka termasuk 155 petani Israel yang menghasilkan produk pertanian dan bunga senilai US$120 juta per tahunnya.
Sekitar 15% ekspor pertanian Israel berasal dari Jalur Gaza. Akibat penarikan ini, Israel juga akan kehilangan 70% dari seluruh produk organiknya, yang juga dikembangkan di Gaza.
Untuk mengeluarkan warganya dari Gaza, Israel harus mengeluarkan US$900 juta.
Sedangkan untuk merelokasi militernya dan membangun fasilitas baru untuk mereka, negeri Yahudi ini harus merogoh US$500 juta. Artiya, Israel akan kehlangan miliaran dolar untuk proyek penarikan itu. Dengan kerugian sebesar itu, mungkinkah mereka rela melepas Gaza? (mi/afp/rtr)