Hidayatullah.com—Sebagaimana umat Islam di tempat lain, di Jalur Gaza, kaum muslim berharap bisa menghabiskan waktu beribadah dan dekat dengan keluarga selama bulan Ramadhan.
Meskipun seringkali tanpa makanan yang layak dan pekerjaan tetap, keluarga di sini merasa bersyukur bahwa ada cukup tangan bisa berbelas kasihan dan sangat membantu untuk membuat hidup lebih mudah bagi mereka.
Hampir 1,5 juta orang di kota yang pernah dirobek oleh pemboman Israel, ikut memulai puasa Ramadhan. Pada malam bulan Ramadhan, banyak keluarga terlihat mencari sesuatu dan stok bahan makanan penting untuk sahur (makan dini hari) dalam persiapan hari berikutnya.
Anggota misi bantuan kemanusiaan di bawah bendera 1Malaysia Putera Club mendapat pengalaman pertama mereka melakukan tarawih pertama di Gaza.
Mereka membanding, jika di Malaysia, setelah terawih, bisa duduk-duduk dan mengobrol. Namun di Gaza, hal itu tak terjadi. Sebab, para keluarga di negeri yang kebahagiaannya direnggut Israel itu, terpaksa harus mengumpulkan keringat dan menyiapkan makanan untuk sahur.
Abd Al-Rahman Bashir, 24, yang bekerja hanya kalau ada pekerjaan, mengaku merasa mujur bisa membantu menjadi sukarelawan Bulan Sabit Merah Palestina. “Walaupun saya tidak mampu membeli kemewahan, saya puas dengan apa yang ada dan dapat terjangkau satu per satu.”
“Hidup sendiri tidak statis. Ini adalah variabel. Tidak ada di sini untuk menjamin keselamatan kami. Kita harus terus bergerak,” ujarnya dengan nada berfilsafat.
“Pokoknya, di bulan suci ini, tidak ada di dunia ini dapat menjaga kami.”
Meski demikian, Abd Al-Rahman, yang tinggal di Al Der Balah, tidak merasa khawatir dan cemas tentang keluarga dan tetangganya.
Meski dirundung sedih, banyak anak bermain dengan riang di samping Departeman Kementerian Kebudayaan di Gaza Mustafa Hafez Street, dari reruntuhan gedung di pusat kota.
Anak-anak, yang tinggal di dekat tempat yang terkena rudal Israel, tetap tampak berada dalam semangat tinggi seolah mengirimkan pesan: “Silakan, kami tidak meminta satu dolar atau satu persen, hanya damai untuk hidup di sekitarnya.” [sto/cha/hidayatullah.ccom]