Hidayatullah.com—Buruh migran identik dengan tenaga kerja di luar negeri. Tapi jangan keliru, meski mereka bekerja atau tinggal di luar negeri, pikiran dan hatinya selalu terpaut dan terkait dengan tempat tinggalnya di Indonesia.
Baru-baru inisebuah Yayasan Yatim Piatu BMI (Buruh Migran Indonesia) diresmikan oleh sejumlah pejabat di rengasdengklok.
Dinamakan Yayasan Yatim Piatu BMI, karena yayasan ini murni dirintis oleh Buruh Migran Indonesia (BMI) di Taiwan, yang dipelopori oleh Forum Silaturahim Muslim Indonesia Taiwan (FOSMIT) Chungli.
Peresmian pendirian Pondok Yatim Piatu BMI dilakukan di Karawang, (11/09/2011) lalu. Yayasan berdiri tepat di atas tanah 500 M2, yayasan akan dibangun dua lantai.
“Kami menyambut dengan Apresiasi Tinggi dan Positif atas dibangunnya Yayasan Yatim Piatu BMI,” kalimat itu dinyatakan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kerawang, H. E. Soemantri dalam sambutannya saat menghadiri acara “Tabligh Akbar Bersama Ustadz Hadad Alwi” di Desa Kalangsari Rengasdengklok Karawang dalam rangka Peresmian Yayasan Yatim Piatu BMI.
Hadir Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kerawang H.E Soemantri. Hadir juga pegawai dari BNP2TKI Jakarta, Muspika Kecamatan Rengasdengklok yang dihadiri langsung oleh Camat Rengasdengklok, Kepala Desa Kalangsari dan jajarannya.
Hadir pula, Jajaran Mantan Pejabat di KDEI Taiwan era Bpk. H. Suhartono. Selaku Mantan Kepala KDEI, Bapak H. Suhartono hadir bersama dengan Bpk Yofial, Bapak H. Pangkuh Rubiyono dan Ibu Anita.
Dalam acara kali ini, artis Hadad Alwi hadir didampingi penyanyi cilik Fita dan Ant. Hadad Alwi mengajak yang hadir melantunkan senandung sholawat sebagai ungkapan rasa cinta kepada Rosululloh Muhammad SAW.
Peresmian Gedung Yayasan Yatim Piatu BMI yang ditandai dengan ditandatanganinya prasasti dan pemotongan pita oleh H.E. Soemantri selaku Kepala Dinas Sosial Kabupaten karawang terasa lebih hikmad saat peresmian disertai doa yang dipimpin oleh Ustadz Bawazier Lc. Hujan tangis turun dari para BMI dan hampir dari semua yang menyaksikan peresmian Gedung Usai dipanjatkan, karena haru, betapa perjuangan BMI Taiwan selama lebih dari 1 tahun ini telah membuahkan hasil.
Murni Buruh Migran
Dana pembangunan yayasan ini murni berasal dari Taiwan yang dihimpun oleh beberapa organisasi Muslim Indonesia yang berada di Taiwan dan juga atas partisipasi semua unsur baik perorangan maupun organisasi yang berasal dari BMI (Buruh Migran Indonesia) maupun para mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Taiwan.
Penghimpunan dana dilakukan dengan berbagai cara. Disamping adanya kotak keliling yang dijalankan oleh relawan-relawan organisasi Muslim Indonesia di Taiwan, ada juga yang melalui sistem menjadi donatur tetap.
Bangunan yang menelan biaya kurang lebih 1 Milyar ini menjadi bukti, bahwa BMI Taiwan mempunyai tingkat kepedulian yang tinggi terhadap warga kurang mampu di Indonesia.
Dipilihnya nama Yayasan Yatim Piatu BMI tanpa embel-embel asal Negara tempat BMI bekerja dilakukan agar semua BMI/TKI di manapun berada merasa memiliki kemudian timbul rasa kepedulian untuk ikut berpartisispasi dalam pembangunan yayasan.
Disamping itu, harapannya adalah yayasan nantinya bisa dijadikan sebagai media komunikasi antar BMI di Negara manapun berada. Walaupun pada kenyataannya harapan itu belum terwujud, namun dengan semangat yang tak pernah pudar, BMI Taiwan berhasil mengukir prestasi dengan membangun Yayasan Yatim Piatu BMI yang murni sumber dananya berasal dari Taiwan.
Disamping dengan berdirinya yayasan harapannya agar masyarakat kurang mampu terbantu, terselip harapan silaturohim antar BMI saat bekerja di Taiwan dapat tetap menjalin silaturohim sesampainya di Indonesia dengan bersama-sama menganggap mempunyai rumah yang sama di Indonesia berupa Yayasan Yatim Piatu BMI.
Terbukti, para mantan BMI Taiwan yang berasal dari berbagai daerah di Tanah Air saat acara berlangsung dapat berkumpul. Di antara BMI yang hadir berasal dari Surabaya, Indramayu, Magelang, Cilacap, Sragen, lampung dan tak ketinggalan para mantan BMI Taiwan yang berdomisili di daerah Karawang dan Sekitarnya.
Sementara itu, kepada hidayatullah.com, mantan Presiden FORMMIT (Forum Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan) IV, Lalu Muhamad Jaelani mengatakan, jika tak ada aral melintang, rencanya program seperti ini akan dilahirkan di beberapa daerah.*