Hidayatullah.com—Amerika Serikat telah memeperingatkan Iraq agar tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi negara yang bersatu dan makmur, kata Menteri Luar Negeri Hillary Clinton Kamis (26/01/2012), seraya mengatakan bahwa Iraq harus memulai demokrasi dan bersikap kompromis.
Iraq mengalami krisis politik yang parah, setelah Perdana Menteri Iraq Nuri Al Maliki, yang menganut Syi’ah, tiba-tiba mengeluarkan surat perintah penangkapan atas Wakil Presiden Tareq Al Hasimi, seorang Muslim, hanya beberapa jam setelah batas akhir penarikan pasukan Amerika Serikat berakhir Desember 2011.
Berbicara dalam sesi tanya-jawab dengan staf di kementeriannya, Clinton menjelaskan bahwa ia telah memerintahkan Dubes AS untuk Iraq James Jeffrey agar mendesak Al Maliki segera menyelesaikan perbedaan secara damai dengan lawan politiknya, lansir Reuters.
Al Maliki menuding Hashemi memimpin pasukan berani mati yang membuat kekacauan di Iraq. Hashemi merupakan tokoh Muslim yang merupakan saingan politik Al Maliki. Kelompok Syi’ah menguasai pemerintahan Iraq setelah pasukan Amerika Serikat menginvasi Iraq dan menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein.*