Hidayatullah.com–Anggota Komisi VIII DPR RI Syafwatillah menilai, generasi muda Islam harus belajar di pondok pesantren (ponpes) yang banyak tersebar se-Indonesia. Sebab baginya, bapak-bapak mereka sudah tidak ada kesempatan lagi mengenyam dunia pesantren.
“Tidak mungkin nenek-nenek disuruh masuk pesantren lagi. Tidak mungkin bapak-bapak yang sudah sibuk dimasukkan pesantren. Tapi ada anak muda, wajib hukumnya masuk pesantren,” ujar Syafwatillah dalam sambutannya saat meresmikan Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah, Depok, Jawa Barat, Sabtu (9/2/2013).
Menurutnya, dikatakan wajib karena generasi Muslim saat ini rawan tergerus budaya asing.
“Di era globalisasi seperti sekarang ini, jangankan di luar, di pesantren saja ada yang masih terkontaminasi dengan budaya-budaya barat yang menyimpang dari ajaran Islam,” terangnya.
“Tapi tentu saja, di pesantren jauh lebih baik dari pada berada di luar (pesantren),” lanjutnya lagi.
Menurut Syafwatillah, untuk masuk pesantren tak harus dengan niat muluk-muluk.
“Ketika saya dulu dimasukkan oleh orangtua saya ke pesantren, apa tujuannya? Bukan untuk jadi (anggota) DPR RI, bukan juga untuk jadi kiai,” tandasnya.
Syafwatillah mengaku, orangtuanya saat itu memondokkannya agar dia bisa belajar al-Qur’an dan nilai-nilai agama.
“Agar saya menjadi anak yang sholeh,” tambah kiai yang mengasuh sebuah pesantren di Palembang ini.
Pada acara yang digelar di kompleks Ponpes Hidayatullah, Jl. Kalimulya, Sukmajaya itu, alumnus Ponpes Moderen Ar-Risalah, Ponorogo, Jawa Timur ini menyindir banyaknya lulusan pesantren yang masih menganggur.
Menurutnya, jika ada santri yang tidak bekerja, santri tersebut layak disebut bodoh. Sebab, kata dia, seorang santri memiliki potensi untuk tetap berkarya.
“Gali potensi, raih prestasi,” serunya.*