Hidayatullah.com–Tahanan Palestina di penjara Zionis Israel, Samer al-Essawy, yang telah mogok makan selama 250 hari, menurut dokter yang memeriksanya, bisa mati setiap saat. Para dokter melaporkan, denyut jantung Essawy melambat sampai 30 denyut per menit, jauh lebih rendah daripada rata-rata. Ia pun menghadapi kemungkinan kerusakan otak permanen.
Kakaknya, Shireen al-Essawy, yang juga pengacaranya, melaporkan bulan lalu bahwa pemerintah Israel berusaha menegosiasikan kesepakatan bahwa kakaknya akan dikirim ke pengasingan di Jalur Gaza, tapi ia menolak kesepakatan itu.
Dalam pernyataan, ia berkata, “Sama sekali tidak bisa diterima untuk dikirim ke pengasingan, terutama saat Israel terus meningkat pelanggarannya dengan sasaran tokoh-tokoh Palestina, baik di rumah dan tanah mereka.”
“Ini merupakan keputusan saat Samer dibawa, sejak hari pertama mogok makannya,” katanya. “Apakah itu merupakan kebebasan dan pembebasan, atau mati syahid”.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, kata laman IMEMC News, Senin (8/4/2013), The Palestinian Prisoners’ Society mengadakan konferensi pers dengan mengutuk praktik penahanan administratif Israel, yakni banyak rakyat Palestina ditahan tanpa proses pengadilan, bahkan dalam banyak kasus sampai berlangsung hingga sepuluh tahun.
Praktik penahanan semacam ini menyebabkan Essawy dan banyak tahanan lainnya terlibat dalam aksi mogok makan dalam jangka waktu panjang guna memaksa Israel membebaskan para tahanan politik yang ditahan tanpa tuntutan.
Jawad Boulos, pengacara pada The Palestinian Prisoners’ Society, mengatakan kepada wartawan bahwa lembaga penjara telah melakukan praktik-praktik tidak adil dan ilegal terhadap Essawy dan tahanan lainnya, termasuk memaksa Essawy mengenakan gelang kaki pada pukul 8:00-20:00, dan melarang dia duduk di kursi di kamar rumah sakit penjara.
Mogok makan yang dilakukan Essawy adalah yang terpanjang di antara para tahanan Palestina, dan di antara yang terpanjang yang pernah terlibat di seluruh dunia. Dia telah berulang kali menyatakan bersedia mati untuk menuntut persamaan hak bagi rakyat Palestina, dan menurut dokter, ia mungkin akan segera mati.
Dia telah menolak suplemen vitamin, dan saat ini hanya mengkonsumsi air dengan gula.
Lima tahanan Palestina lainnya saat ini masih melakukan mogok makan. Yang terpanjang Samer al-Essawy yang telah mogok makan sejak 1 Agustus 2012.*