Hidayatullah.com—Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan mengunjungi London pada bulan April guna mendesak para pemilih Inggris mendukung kelanjutan keanggotaan negaranya dalam Uni Eopa, lapor koran The Independent edisi hari Ahad seperti dikutip Reuters (12/3/2016).
Rakyat Inggris pada bulan Juni akan melakukan pemungutan suara guna memutuskan apakah negaranya tetap menjadi bagian dari blok kerja sama perdagangan terbesar di dunia, Uni Eropa.
Presiden Obama sebelumnya pernah mengatakan dia ingin Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa dan membantu melanggengkan kemitraan transatlantik pascaperang.
Kebanyakan jajak pendapat yang telah dilakukan menunjukkan sikap para pemilih terpecah dan banyak warga Inggris yang belum menentukan sikapnya.
Obama akan mengunjungi sebuah pameran teknologi di Jerman akhir April mendatang. Sebuah sumber mengatakan kepada The Independent bahwa Presiden Amerika Serikat itu akan berkunjung ke London sekitar waktu itu.
“Akan sangat mengejutkan jika dia tidak meminta para pemilih agar tetap berada di UE,” kata sumber itu.
Ketika dihubungi Reuters soal kabar itu Gedung Putih dan kantor PM David Cameron tidak bersedia memberikan komentar.
Sebelumnya pada hari Rabu (9/3/2016) koran The Sun menulis berita utama bahwa Ratu Elizabeth II mendukung Inggris keluar dari Uni Eropa. The Sun, yang tidak menyebutkan pasti siapa sumber beritanya, mengatakan pihaknya memiliki banyak sumber dan yakin laporan itu benar.
Menanggapi kabar menghebohkan itu, Istana Buckingham langsung melapor ke Independent Press Standards Organisation (Ipso) soal laporan The Sun tersebut dan menegaskan bahwa Ratu Inggris “netral secara politis.”
Sebagian kalangan mendukung Inggris keluar dari Uni Eropa, karena dianggap keanggotaannya dalam persekutuan itu justru menggerogoti kedaulatan negaranya. Sebagaimana diketahui, setiap anggota berkewajiban mengikuti keputusan yang dibuat Uni Eropa, meskipun harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah negara masing-masing untuk implementasinya. Kalangan yang tidak ingin Inggris keluar dari Uni Eropa berpendapat, kerajaan itu tidak akan sanggup menghadapi masalah-masalah global sendirian, misalnya terorisme dan krisis ekonomi, yang dapat mengganggu keamanan dan stabilitas negara.*