Hidayatullah.com—Swiss memiliki proporsi kremasi tertinggi di Eropa, dan jumlah pengkremasian mayat meningkat tiga kali lipat dalam kurun tiga puluh tahun terakhir.
Pada tahun 1983, 30% jasad orang yang meninggal di Swiss dikremasi. Pada 2013 angkanya naik menjadi 90%, lapor Swissinfo (27/5/2016).
Angka kremasi lebih tinggi di kota-kota dibanding wilayah pedesaan. Bahkan di wilayah yang dikenal sebagai daerah Katolik, di mana secara tradisi jasad orang yang meninggalkan dikubur, tidak sedikit warga yang sekarang memilih kremasi.
Stasiun televisi publik Swiss RTS mewawancarai seorang spesialis pemakaman tentang fenomena itu. Menurut Alix Noble-Burnard, orang-orang lebih memilih dikremasi karena mereka meninggalkan proses pemakaman tradisional dan tidak suka dengan ide membusuk secara perlahan-lahan.
Seorang wanita lanjut usia yang tinggal di sebuah panti jompo mengatakan dia takut terkubur hidup-hidup, oleh karena itu dia memilih dikremasi.
Seorang wanita manula lain beralasan tidak ingin meninggalkan sanak kerabatnya dengan beban berupa mengunjungi makamnya jika dia wafat kelak.
Tren tersebut menyebabkan evolusi di pemakaman, di mana nisan-nisan tua disingkirkan dan tempat-tempat baru untuk menimbun sisa abu mayat didirikan.*