Otoritas Palestina (PA) dibentuk oleh Kesepakatan Oslo tahun 1993 oleh AS dan penjajah ‘Israel’, sekarang menjadi tangan kanan penjajah melawan rakyat dan pejuang Palestina
Hidayatullah.com | SUMBER media ‘Israel’ telah mengungkapkan bahwa Tel Aviv memberi tahu pejabat Otoritas Palestina (PA) tentang keputusannya untuk melakukan operasi militer di Jenin dan kamp pengungsiannya di Tepi Barat yang dijajah sebelum melancarkan serangan.
Menurut Channel 12, pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) mundur dari Jenin, yang telah mereka kepung, untuk memungkinkan operasi militer penjajah ‘Israel’ bisa maju. Akibatnya, enam warga Palestina tewas dalam serangan ‘Israel’ di Jenin, sekitar 35 lainnya terluka.
Sejak Senin, tentara ‘Israel’ telah memasang gerbang besi di pintu masuk kota-kota dan desa-desa di seluruh Tepi Barat yang dijajah. Tindakan ini merupakan bagian dari kebijakan yang lebih luas untuk memperketat blokade di wilayah tersebut dan memecahnya menjadi zona-zona terisolasi, membatasi pergerakan penduduk, dan menerapkan hukuman kolektif.
Otoritas Palestina (PA) telah mengepung kamp pengungsi Jenin selama sekitar 43 hari sebagai bagian dari kampanye untuk menumpas perlawanan.
Hal ini telah mengakibatkan gugurnya sembilan orang, termasuk jurnalis Shatha Al-Sabbagh, Yazeed Ja’ayseh, tiga anak, seorang ayah dan putranya, selain penangkapan puluhan warga Palestina, termasuk perawat yang memberikan perawatan medis kepada penghuni kamp.
Tak Ikut Perang, Otoritas Palestina Berambisi Memerintah Gaza setelah Perang
Menurut Quds News Network (QNN), pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) telah menembak dan membunuh seorang pemuda Palestina di Jenin, saat serangan militer ‘Israel’ di kota Tepi Barat yang dijajah dan kamp pengungsi di hari kedua.
“Pasukan PA saat ini beroperasi secara rahasia di beberapa bagian kota dengan koordinasi dengan tentara ‘Israel’ pada hari Rabu,” kutip akun X, QNN.
Akun berita berbasis di Gaza juga melaporkan, pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) telah mengeksekusi seorangn pejuang perlawanan muda di Jenin. Sementara pasukan penjajah ‘Israel’ melanjutkan invasi mereka ke kota tersebut.
“Breakingnews: Bertepatan dengan agresi ‘Israel’ yang sedang berlangsung di Jenin, pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) mengejar tersangka pejuang perlawanan di luar Rumah Sakit Al-Razi di kota tersebut, berkoordinasi dengan tentara penjajah ‘Israel’,” kutip akun Quds News Network (QNN).
Sebanyak empat warga Palestina terluka, termasuk satu orang dalam kondisi kritis, akibat peluru tajam yang ditembakkan oleh pasukan penjajah ‘Israel’ di Jenin, menurut WAFA.
“Sejak kemarin, tim kami memberikan layanan pertolongan pertama kepada sekitar 19 orang yang terluka dan mengangkut 7 jenazah dari mereka yang tewas,” kata Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), dikutip kantor berita WAFA.
Hamas mengecam keterlibatan PA bersama ‘Israel’
Sementara itu, Hamas mengecam keras pertumpahan darah warga Palestina yang terus berlanjut di tangan dinas keamanan Otoritas Palestina (PA), dengan mengatakan bahwa praktiknya di Tepi Barat “melewati semua garis merah dan norma nasional.”
Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, Hamas menuduh pasukan keamanan PA terus menyerang warga di Jenin, dengan mengatakan bahwa mereka melepaskan tembakan dan melukai seorang pemuda di kamp pengungsi Jenin dan menangkap warga yang terluka hari ini.
Hamas juga menuduh pasukan PA mengejar dan menargetkan pejuang perlawanan atas perintah pendudukan ‘Israel’ dan mengepung serta menyerbu Rumah Sakit al-Razi di Jenin sambil melepaskan tembakan di dalamnya.
Hamas juga menyebut praktik tersebut oleh pasukan keamanan PA sebagai “penyimpangan dari norma nasional” dan “kejahatan terhadap rakyat Palestina.”
Pernyataan itu menegaskan bahwa semua faksi perlawanan dan rakyat Palestina dari semua spektrum menolak ulah kerja sama keamanan PA dengan negara pendudukan ‘Israel’.
Ia menyerukan kepada faksi-faksi perlawanan dan tokoh-tokoh nasional di Tepi Barat untuk bertindak tegas terhadap pelanggaran serius yang dilakukan Otoritas Palestina.
Hubungan Otoritas Palestina dengan penjajah ‘Israel’
Otoritas Palestina (PA) –yang sebagian masyarakat memahaminya sebagai “Pemerintah Palestina” didirikan tiga dekade lalu di bawah Kesepakatan Oslo 1993-1995. PA adalah “pemerintahan terbatas” tugasnya mengawasi Tepi Barat dan Gaza.
Pembentukan Otoritas Palestina (PA) dimaksudkan untuk membuka jalan menuju “negara Palestina yang merdeka” tetapi saat ini tidak lebih hanya kekuatan nyata dan beroperasi di bawah kendali militer penjajah ‘Israel’.
Di bawah Kepakatan Oslo, AS dan penjajah ‘Israel’ menunjuk pemimpin PLO, Yasser Arafat sebagai pemimpin “pemerintahan otoritas Palestina” mengabaikan Hamas, yang lebih dipercaya rakyat.
Meski demikian PA diakui sebagai wakil resmi Palestina, salah satunya di Indonesia. Sementara di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), PLO yang sudah menjadi perwakilan Palestina di PBB sejak 1974.
Otoritas Palestina juga mendapatkan pengakuan dan bantuan dari Uni Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara Barat lainnya. Sejak mendapatkan pengakuan-pengakuan itu, maka Palestina secara resmi diperbolehkan untuk memiliki kepolisian sendiri, namun tugasnya tidak lebih dari menjaga keamanan ‘Israel’yang ujungnya banyak menangkapi para pejuang Palestina sendiri.
Sesuai Kesapakan Oslo –yang dirancang AS dan ‘Israel’—Palestina mengadakan Pemilu, yang akhirya dimenangkan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas). Hasil Komisi Pemilihan Palestina menunjukkan, Hamas meraih 76 % dari Kelompok Fatah (yang sekuler, organisasi paying PLO) di semua wilayah, termasuk Tepi Barat dan Gaza. Menandai kemenangannya Hamas tetap bertekad melanjutkan perjuangan melawan penjajah ‘Israel’, satu hal yang tak diinginkan AS dan penjajah.
Karena kedua pihak gagal mencapai kesepakatan berbagi kekuasaan pemerintah, menyebabkan Hamas mengambil alih Gaza tahun 2007. Pemimpin Hamas Ismail Haniyah membentuk pemerintahan baru pada 29 Maret 2006 yang sebagian besar terdiri dari anggota Hamas namun Fatah menolak untuk bergabung.
Kemenangan milisi pejuang Hamas berdampak perlakuan berbeda AS dan Barat. PA pimpinan Fatah diberi pengakuan dan dukungan internasional, sementara Gaza di bawah Hamas, ditetapkan sebagai “teroris” oleh Barat, bahkan diblokade dari darat, laut, dan udara di Gaza selama 18 tahun terakhir oleh ‘Israel’ dibantu Mesir, hingga hari ini.
Jumat lalu, Mahmoud Abbas mengatakan Otoritas (PA), yang tidak memiliki sejarah berperang dengan penjajah ‘Israel’ mengklaim siap memimpin penuh atas Jalus Gaza.*
Otoritas Palestina Bukanlah Perwakilan Negara? Ini 10 Hal yang Perlu Anda Tahu