Hidayatullah.com– Kelompok bersenjata ISIS membunuh 15 warga pencari truffle di gurun di bagian tengah Suriah dengan cara menggorok leher mereka, sementara 40 orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Sejak Februari, sedikitnya 150 orang – kebanyakan warga sipil telah dibunuh dalam sejumlah serangan ISIS yang menarget para pencari truffle atau diakibatkan oleh ranjau yang mereka pasang, kata Syrian Observatory for Human Rights hari Jumat (24/3/2023) seperti dilansir AFP.
Sedikitnya 15 orang, termasuk tujuh warha sipil dan 8 petempur kelompok pro-rezim, dibunuh oleh anggota ISIS yang menggorok leher mereka saat sedang mengumpulkan truffle hari Senin,” kata kepala Observatory Rami Abdel Rahman.
Empat puluh lainnya hilang setelah serangan di provinsi Hama, imbuhnya.
Antara Februari dan April setiap tahun, ratusan warga Suriah yang miskin mencari jamur truffle di Gurun Suriah yang luas, atau Badia — tempat yang dikenal sebagai persembunyian para militan yang juga dipenuhi ranjau darat.
Orang-orang miskin itu mempertaruhkan hidup mereka untuk mengumpulkan makanan lezat tersebut, meskipun ada peringatan berulang kali perihal bahaya ranjau darat dan petempur ISIS yang kerap melakukan pembunuhan.
Gurun Suriah terkenal menghasilkan beberapa truffle kualitas terbaik di dunia. Jamur berharga ini dapat dijual hingga $25 per kilo tergantung pada ukuran dan kualitas. Sebagai perbandingan, rata-rata gaji bulanan di Suriah sekitar $18.
Observatory mengatakan bahwa ISIS memanfaatkan panen tahunan jamur gurun untuk melakukan serangan di lokasi-lokasi terpencil.
Awal bulan ini, petempur ISIS membunuh tiga pengumpul truffle dan menculik setidaknya 26 orang lainnya di Suriah utara, menurut Observatory, organisasi berbagai di London yang memiliki jaringan sumber informasi yang luas di dalam Suriah. Serangan itu terjadi di dekat daerah yang dikuasai oleh pasukan pro-Iran.
Pada bulan Februari, anggota-anggota ISIS bermotor melepaskan tembakan ke arah orang-orang yang sedang mencari truffle dan menewaskan sedikitnya 68 orang, kata Observatory kala itu.
Setelah ISIS kehilangan wilayah pendudukan terakhir mereka pada Maret 2019 menyusul serangan militer yang didukung oleh koalisi pimpinan AS, sisa-sisa ISIS di Suriah sebagian besar mundur ke tempat persembunyian di gurun.
Mereka sejak itu menggunakan tempat persembunyian tersebut untuk menyergap warga sipil, pasukan pimpinan Kurdi, pasukan pemerintah Suriah dan petempur pro-Iran, sambil melakukan serangan di negara tetangga Iraq.
Konflik bersenjata di Suriah telah merenggut sekitar setengah juta nyawa manusia dan memaksa jutaan orang menjadi pengungsi sejak pecah pada Maret 2011, yang dimulai dengan kebrutalan pasukan pemerintah terhadap warga Suriah yang melakukan protes anti-pemerintah.*