Hidayatullah.com— Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dapat menjadi episentrum kebangkitan dan kemajuan peradaban Islam masa depan. Demikian pernyataan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015, Prof. Dr. M. Din Syamsuddin di Dewan Fakulti Perubatan Universiti Malaya (UM).
Dalam pertemua bertema “Wacana Kesatuan Umat Islam Serantau” yang diselenggarakan Ikatan Muslimin Malaysia (ISMA), di Kuala Lumpur, Sabtu 30 September 2023 ini Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta itu mengatakan Indonesia dan Malaysia memiliki infrastruktur kemajuan, terutama ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Di kedua negara ini pendidikan Islam, baik strata dasar-menengah, maupun strata tinggi, cukup berkembang, dan memiliki banyak pakar dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya.
Dalam pertemuan itu ia mengatakan kualitas dan peringkat universitas-universitas yang ada masih perlu ditingkatkan menjadi universitas berkelas dunia (world class university).
Selain itu, menurut Din Syamsuddin, yang juga menjabat sebagai Ketua Poros Dunia Wasatiyyat Islam (World Fulcrum of Wasatiyyat Islam), pemeluk Islam di Asia Tenggara sangat banyak dengan watak atau ciri utama keislaman mereka yang bersifat tengahan (wasathy).
Hal ini merupakan modal bagi pengendalian peradaban yg menuntut orientasi jalan tengah. Hanya saja, lanjut Din Syamsuddin, keberislaman umat Islam di Asia Tenggara perlu mengalami transformasi dari orientasi ritual ke orientasi etikal.
“Dalam hal yang terakhir, umat Islam perlu menampilkan paradigma etik untuk kemajuan dan keunggulan,” ujarnya.
Selesai menjadi pembicara di Universiti Malaya, Din Syamsuddin berkesempatan diterima Perdana Menteri Malaysia Dato Seri Anwar Ibrahim di kediaman resmi Perdana Menteri di Seri Perdana, Putra Jaya.
Walau bertemu singkat sambil makan petang bersama senumlah akademisi Malaysia, kedua tokoh sempat menyinggung wacana kebangkitan dunia Islam dan potensi Anwar Ibrahim sebagai tokoh penggerak kebangkitan Dunia Islam.
Pertemuan ini dihadiri sekitar 100 tokoh dari berbagai negara, yaitu Vietnam, Kamboja, Thailand, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia sendiri. Dari Indonesia, selain Din Syamsuddin, juga hadir Dr. Zaitun Rasmin, Ketua Umum PP Wahdah Islamiyah, dan Dr. Nashirul Haq, Ketua Umum PP Hidayatullah.*