Hidayatullah.com– Seluruh tentara Amerika Serikat akn meninggalkan Niger dan mengakhiri peran mereka dalam memerangi kelompok bersenjata Muslim, setelah rezim militer setempat cenderung menggunakan bantuan dari Rusia.
Hari Jumat (19/4/2024), Amerika Serikat juga mengumumkan bahwa pihaknya setuju untuk menutup pangkalan dronenya di dekat Agadez, di kawasan Gurun Sahara.
Niger terletak di daerah Sahel, yang sekarang dianggap sebagai episentrum global baru dari kelompok ISIS alias IS.
Sebuah delegasi Amerika akan berangkat ke ibu kota Niamey, guna mengatur penarikan lebih dari 1.000 tentara AS secara tertib.
Pengumuman hari Jumat itu menyusul pembicaraan di Washington antara Wakil Menlu AS Kurt Campbell dengan Perdana Menteri Niger Ali Mahaman Lamine Zeine.
Hal ini merupakan pukulan berat bagi pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang menentang langkah itu.
Selama ini AS mengandalkan Niger sebagai pangkalan utamanya untuk memantau aktivitas kelompok-kelompok bersenjata Muslim.
Pangkalan militer bernilai $100 juta itu dibangun enam tahun lalu, dan berperan penting dalam strategi AS dan Prancis dalam memerangi kelompok bersenjata Muslim di kawasan Afrika Barat.
Namun menyusul kudeta militer tahun lalu, hubungan Niger yang sekarang dikendalikan junta militer dengan AS dan negara-negara sekutu Barat menjafi getir karena negara Afrika itu memilih menjalin hubungan kerja sama pertahanan dengan Rusia.
Dilansir BBC, beberapa pekan terakhir puluhan instruktur militer Rusia tiba di Niger untuk melatih tuan rumah tentang sistem pertahanan udara.*