Hidayatullah.com – Suriah yang didukung Turki dapat menjadi ancaman yang lebih besar bagi ‘Israel’ daripada Iran, menurut komisi pemerintah ‘Israel’ pada Senin.
Melansir Middle East Eye pada Senin (07/01/2025), Turki menjadi pihak yang paling mendapatkan keuntungan dari runtuhnya pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah yang digulingkan oleh serangan cepat kelompok anti-rezim pada bulan lalu.
Sejak saat itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah bersumpah untuk memberikan semua bentuk dukungan, termasuk bantuan militer dan keamanan, untuk membantu pemerintah transisi Suriah menegakkan ketertiban di negara tersebut di bawah kepemimpinan Ahmed al-Sharaa, yang juga dikenal dengan nama samaran, Abu Mohammed al-Jolani.
“Komite untuk Evaluasi Anggaran Pembangunan Pertahanan dan Keseimbangan Kekuatan”, yang diketuai oleh mantan kepala Dewan Keamanan Nasional Yaakov Nagel, biasanya disebut di media Ibrani sebagai Komisi Nagel atau Komite Nagel.
Komite ini dibentuk pada tahun 2023, sebelum pecahnya perang genosida di Gaza, untuk mengembangkan rekomendasi bagi kementerian pertahanan mengenai area konflik potensial yang dapat dihadapi ‘Israel’ di tahun-tahun mendatang.
Komite tersebut menuduh bahwa “asal-usul para pemberontak dan para pemimpin mereka”, yang beberapa di antaranya memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok seperti Al-Qaeda, tidak boleh diabaikan.
“Untuk alasan ini, harus dipertimbangkan bahwa Israel mungkin menghadapi ancaman baru yang muncul di Suriah, yang dalam beberapa hal bisa jadi tidak kalah parahnya dengan ancaman sebelumnya. Ancaman ini dapat berupa kekuatan Sunni ekstrem yang juga akan menolak untuk mengakui keberadaan Israel,” kata komite tersebut.
Menurut mereka, ancaman terhadap ‘Israel’ akan semakin meningkat jika pasukan Suriah secara efektif menjadi proksi Turki.
Kehadiran proksi Turki – atau pasukan Turki – di Suriah dapat meningkatkan risiko konflik langsung antara Turki dan Israel, demikian laporan tersebut menilai.
Komite ini juga menyuarakan keprihatinan mengenai risiko persenjataan di Lebanon dan Suriah. Segera setelah Assad digulingkan, Israel memulai kampanye pengeboman yang menargetkan ratusan situs militer di Suriah, termasuk aset-aset udara dan pusat-pusat penelitian.
“Penting untuk mengadopsi kebijakan ‘menghilangkan ancaman sepenuhnya dan memaksimalkan respons,’ dikombinasikan dengan ‘pencegahan’ dan langkah-langkah proaktif untuk dengan cepat menetralisir setiap upaya untuk membangun ancaman terhadap Israel di seberang perbatasan,” kata laporan itu.
“Dalam konteks ini, kita harus mempertimbangkan bahwa masuknya tentara Turki ke Suriah dapat mempercepat persenjataan Suriah dalam waktu yang relatif cepat.”