Hidayatullah.com– Rencana Rusia untuk membangun pangkalan laut pertamanya di benua Afrika terus berlanjut. Demikian dikonfirmasi oleh Menteri Luar Negeri Sudan, setelah tertunda selama beberapa tahun.
Apabila kesepakatan tersebut dilaksanakan, Rusia akan menyusul Amerika Serikat dan China yang sudah memiliki pangkalan laut di Djibouti.
Konfirmasi tersebut disampaikan saat Menteri Luar Negeri Sudan Ali Youssef Ahmed al-Sharif melakukan lawatan ke Moskow untuk menemui sejawatnya, Sergei Lavrov.
Usai pertemuan tersebut, Sharif mengatakan kedua negara sudah merampungkan kesepakatan dan tidak ada kendala perihal pembangunan pangkalan laut Rusia itu, lansir The Guardian Kamis (13/2/2025).
Laut Merah, di mana pangkalan laut itu akan berada, merupakan salah satu jalur pelayaran strategis dan terpenting di dunia, yang menghubungkan Terusan Suez dengan Samudra Hindia. Sekitar 12% perdagangan dunia melintasi perairan itu.
Rencana pendirian pangkalan laut Rusia di Sudan itu pertama kali diungkap pada 2017, ketika presiden Sudan kala itu Omat Bashir mengunjungi Sochi, Rusia. Setelah Bashir digulingkan lewat dikudeta pada 2019, kesepakatan tersebut akhirnya ditandatangani pada 2020. Isi kesepakatan memperbolehkan Rusia menempatkan empat kapal angkatan laut di pangkalan tersebut, termasuk kapal yang bertenaga nuklir, selama 25 tahun.
Saat kesepakatan pertama dibuat, rancangannya menyebutkan bahwa pangkalan itu akan diperuntukkan untuk keperluan logistik dan defensif dan tidak akan dipakai untuk melancarkan serangan ke negara lain.
Usai pertemuan dengan Lavrov belum lama ini, Sharif mengatakan tidak ada kesepakatan baru yang dibuat karena kesepakatan tahun 2020 tidak diperselisihkan dan hanya tinggal diratifikasi saja.
Pengumuman ini muncul beberapa pekan setelah sekutu Moskow di Timur Tengah, rezim Bashar Assad, digulingkan oleh pasukan oposisi Suriah, sehingga nasib pangkalan laut Rusia di Tartus yang menghadap Laut Mediterania sulit untuk dipertahankan.*