Hidayatullah.com– Bahrain memberlakukan sistem belajar jarak jauh pada hari Ahad (22/6/2025) di tengah eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah, menurut kantor berita Bahrain seperti dilansir Khaleej Times.
Setelah Amerika Serikat mengebom tiga lokasi nuklir Iran pada dini hari Ahad, Kementerian Pendidikan mengeluarkan instruksi kepada semua lembaga pendidikan negeri dan swasta untuk beralih ke pembelajaran daring.
Kementerian Dalam Negeri juga mendesak seluruh penduduk Bahrain untuk membatasi perjalanan dan penggunaan jalan raya hanya untuk keperluan mendesak. Kebijakan ini diambil demi menjaga keselamatan publik serta memungkinkan layanan darurat dan pihak berwenang untuk menggunakan jalan secara efisien.
Mengingat aksi saling serang antara Iran dan Israel masih terus berlangsung, Biro Pelayanan Sipil Bahrain juga mengumumkan pemberlakuan sistem kerja jarak jauh di seluruh kementerian dan badan pemerintah, dengan sampai 70% dari ASN diminta bekerja dari rumah.
Pengecualian berlaku bagi sektor yang mengharuskan kehadiran fisik atau berkaitan dengan prosedur kedaruratan, dan akan dilakukan sesuai dengan tuntutan keselamatan publik, terhitung mulai 22 Juni sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Kebijakan di atas merupakan langkah kehati-hatian yang diambil oleh pemerintah, karena Bahrain dan Iran hanya terpisah oleh laut sekitar 200 km jauhnya.
Komisi Regulasi Radiologi dan Nuklir Arab Saudi lewat platform X hari Ahad mengatakan tidak ada efek radioaktif yang terdeteksi di lingkungan di wilayah Kerajaan Saudi dan kawasan Teluk Arab setelah Amerika Serikat mengebom tiga lokasi nuklir Iran – Fordow, Natanz, dan Esfahan.
Garda Nasional Kuwait lewat X juga mengatakan bahwa tingkat radiasi di udara dan perairan Kuwait masih stabil dan situasinya masih normal.
Badan nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa International Atomic Energy Agency (IAEA) juga mengatakan tidak ada kenaikan tingkat radiasi yang dilaporkan menyusul pengeboman ketiga lokasi itu.*