G7 berpihak penjajah ‘Israel’, menyebut Iran sumber ketidakstabilan di Timur Tengah, menyerukan gencatan senjata dan solusi “dua negara”, sesuatu yang tak diinginkan rakyat Palestina sendiri
Hidayatullah.com | BELUM lama ini parapemimpin negara-negara G7 – yang banyak memiliki catatan kolonialisme di neger-negeri Muslim— akhirnya mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan dukungan kuat bagi keamanan ‘Israel’ dan menyebut Iran sebagai “sumber utama ketidakstabilan” di Timur Tengah, menyusul serangan militer langsung Teheran baru-baru ini di wilayah ‘Israel’.
Pernyataan tersebut, yang dikeluarkan selama KTT G7 di Kanada, mengecam dugaan dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok bersenjata seperti Houthi, Hizbullah, dan Hamas, serta pejuang sekutu lainnya di Irak.
G7 menekankan bahwa tindakan tersebut telah berkontribusi pada siklus kekerasan yang telah memperburuk ketegangan regional.
“Kami menegaskan kembali komitmen kami terhadap keamanan ‘Israel’ dan menyerukan kepada semua pihak untuk bertindak secara bertanggung jawab dan menahan diri,” kata pernyataan itu.
G7 juga menyerukan agar hukum humaniter internasional dihormati dan warga sipil dilindungi sepenuhnya.
Pernyataan tersebut juga menyinggung situasi di Gaza dan Lebanon, menyerukan gencatan senjata segera, pembebasan sandera tanpa syarat, dan peningkatan bantuan kemanusiaan.
G7 mendukung solusi dua negara yang diklaim “jalan menuju perdamaian abadi antara ‘Israel’ dan Palestina’, sesuatu yang tidak diinginkan rakyat Palestina sendiri.
KTT tersebut diadakan setelah Iran membalas serangan ‘Israel’, dengan kekhawatiran global tentang kemungkinan perang skala penuh di wilayah tersebut.
G7 dibentuk pada 1975 beranggotakan 7 anggota negara dengan ekonomi maju; Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Britania Raya (Inggris), Prancis, Italia, dan Kanada.
Sebelum menjadi klub negara-negara kaya, kelompok G7 menyimpan catatan kelam sebagai pelaku kolonialisme di dunia Islam. Dari pembantaian massal hingga rekayasa perbatasan yang memicu konflik berkepanjangan.*