Hidayatullah.com – Pihak berwenang Mesir telah meningkatkan upaya keamanan di Sinai selatan karena banyaknya warga Israel yang menyeberang ke provinsi tersebut untuk melarikan diri dari serangan rudal balistik Iran, menurut sumber kepada Middle East Eye (MEE) pada Selasa (24/06/2025).
Ribuan pemukim ‘Israel’ dan warga negara asing, termasuk diplomat, telah memasuki Mesir melalui penyeberangan Taba. Mereka berencana untuk terbang dari Bandara Internasional Sharm el-Sheikh ke berbagai tujuan di seluruh dunia.
Sementara ribuan pemukim ‘Israel’ lainnya juga tetap berada di Sinai dengan harapan untuk kembali ke wilayah penjajahan Palestina.
“Kedatangan warga negara Israel yang tak terduga telah meningkatkan tingkat kewaspadaan,” kata sumber keamanan Mesir kepada MEE.
Dampaknya, militer telah meningkatkan kehadirannya di sekitar Taba, Dahab, Nuweiba, dan Sharm el-Sheikh.
“Pihak berwenang khawatir bahwa setiap hasutan atau serangan terhadap warga Israel di Mesir dapat membahayakan pariwisata, mengancam stabilitas dalam negeri, atau memperburuk hubungan negara yang sudah tegang dengan Israel,” kata salah satu pejabat keamanan kepada MEE.
Sumber-sumber tersebut juga menyatakan kekhawatiran gelombang pergerakan masuk ke Mesir itu bisa saja dimanfaatkan oleh badan intelijen Mossad untuk menambah jumlah agennya.
“Jika agen mereka berhasil sampai ke Kairo atau Alexandria [kota terbesar kedua di Mesir], mereka dapat dengan mudah melakukan operasi pengawasan atau menghubungi kaki tangan dengan kedok pariwisata,” kata salah satu sumber lainnya.
“Tidak ada cara untuk memantau semuanya. Jika satu agen Israel saja mendirikan sel baru di Mesir, konsekuensinya bisa serius,” lanjut sumber tersebut.
“Kami tidak keberatan Mesir menjadi titik transit bagi warga Israel yang menuju Eropa atau Amerika Serikat. Namun, kehadiran mereka di Mesir dalam jumlah besar dan tanpa pengawasan menimbulkan risiko serius bagi keamanan nasional negara tersebut,” kata seorang analis keamanan.
Masuknya warga ‘Israel’ yang melarikan diri dari perang dengan Iran telah memicu kemarahan dan kritik di kalangan masyarakat Mesir.
Minggu lalu, ratusan aktivis dari seluruh dunia yang mencoba berbaris menuju Gaza melalui Mesir sebagai bagian dari Global March to Gaza diserang, ditangkap, dan dideportasi dari negara tersebut. Mereka adalah bagian dari kelompok yang terdiri dari sedikitnya 4.000 aktivis yang bertujuan untuk mematahkan pengepungan ‘Israel’ dan mengirimkan pasokan kemanusiaan kepada warga Palestina.
Seorang aktivis Mesir yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada MEE bahwa “sangat keterlaluan bahwa warga Israel dapat masuk ke Sinai, tetapi aktivis yang membawa obat-obatan dan pasokan makanan untuk warga Palestina yang sedang dalam kesulitan ditolak”.*