Hidayatullah.com–Mengamati pergantian Tahun Baru di Maroko ternyata jauh berbeda dengan perayaan Tahun Baru di Indonesia pada umumnya. Jika perayaan Tahun Baru di Indonesia identik dengan pesta kembang api, tiup terompet dan adanya panggung hiburan yang diadakan ditiap-tiap kota besar. Maka, lain halnya dengan perayaan Tahun Baru di Maroko.
Arif Rahman, salah satu Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah lama menetap di Maroko mengatakan bahwa baru kali ini di Maroko tidak ada perayaan akhir tahun di ruang publik, tidak ada tiup terompet, tidak ada pembakaran uang lewat kembang api. Padahal tidak ada fatwa sebelumnya yang mengharamkan perayaan Tahun Baru, atau polemik perihal ucapan selamat Natal dan Tahun Baru.
Menjelang detik-detik pergantian Tahun Baru hanya terlihat satu kali kembang api menyala di angkasa. Itupun tidak terkesan meriah seperti di Indonesia pada umumnya. Jalan-jalan besar juga berjalan normal seperti biasanya dan hanya terlihat sebagian para pemuda yang berkerumun di tempat-tempat tertentu seperti pantai, café dan alun-alun.
Sementara Yasin, salah satu warga setempat menuturkan bahwa itu semua karena warga Maroko yang mayoritas penduduknya beragama Islam jadi acara pergantian Tahun Baru Masehi tidak diperingati secara resmi oleh warga Maroko, kecuali pergantian Tahun Baru Islam. Banyak dari warga Maroko yang mengadakan acara-acara tertentu untuk menyambut Tahun Baru Islam.
Sehingga sebagian warga Maroko lebih memilih di rumahnya masing-masing dengan menyiapkan berbagai macam hidangan khas Maroko dan kue khas Maroko yang kemudian di nikmati bersama keluarga dan kerabat mereka masing-masing.
Ini agak berbeda dengan di Indonesia, di mana banyak remaja berpasang-pasangan memenuhi jalang raya menggunakan motor, atau bergi ke tempat-tempat sepi yang tentu-saja berdampak pada perbuatan maksiat.*/Kusnadi El-Ghezwa, Koordinator Departemen Media Informasi PPI Maroko dan Koordinator Lajnah Ta’lif wa Nasyr PCINU Maroko