Hidayatullah.com–Bertempat di Hotel Sofyan, Menteng Jakarta Pusat, belum lama ini Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) mengadakan pertemuan antar jaringannya, dalam rangka tasyakuran 11 tahun perjalan dakwah.
Acara dikemas dalam bentuk diskusi dan sharing bersama para mitra dakwahnya, seperti Institut Pemikiran & Peradaban Islam (InPAS), Institut Pemikiran Islam & Pembangunan Insan (PIMPIN), Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI), The Center for Gender Studies (CGS), Depok Islamic Study Circle (DISC) Masjid UI, #IndonesiaTanpaJIL Pusat.
Acara tasyakuran ini dihadiri oleh sejumlah pendiri INSISTS, antara lain Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, Dr. Ugi Suharto, Dr. Adian Husaini, Adnin Armas, MA Masing-masing pendiri memaparkan pesan-pesannya.
Hamid Fahmy Zarkasyi, Direktur INSISTS, menjelaskan visi dan misi kampus yang akan didirikan adalah integrasi antara Islam dan sains. Menurutnya, kualitas kampus harus internasional.
“Lulusan kampus INSISTS nanti harus bagus bahasa Arab dan Inggrisnya. Bisa kuliah di luar kampus-kampus besar negeri dengan worldview INSISTS. Sehingga imannya tidak goyah”, terang Hamid.
Dr. Hamid memaparkan gambaran visi dan misi kampus yang akan didirikan INSISTS. Ia memimpikan, kampus INSISTS nantinya akan ‘eksklusif’, kualitasnya tidak ada di Indonesia.
“Harapan saya, menjadi cikal-bakal International Islamic University of Indonesia”, tegasnya.
Untuk mencapai itu, kata Hamid, harus dimulai dari yang kecil-kecil, seperti yang pernah dilakukan Prof. Al-Attas ketika membangun kampus ISTAC.
Sementara Dr. Adian Husaini menjelaskan bahwa sudah saatnya INSISTS memiliki perguruan tinggi, sebab tantangannya memang di dunia akademik.
“Sudah saatnya kita masuk kampus. Selain kajian kritis, sekarang kita harus menghasilkan konsep-konsep, terutama buku teks metodologi studi Islam”, kata Adian.
Dr. Ugi Suharto yang saat ini mengajar di Bahrain menyempatkan hadir untuk berbagai bersama para asatidz INSISTS.
Tantangan INSISTS menurut Dr. Ugi adalah tantangan luar dan dalaman. Tantangan luar berupa peradaban Barat yang sedang mengancam eksistensi umat Islam.
Untuk tantangan dalaman, Dr. Ugi, sudah waktunya diselesaikan sedikit demi-sedikit untuk memperbaiki diri.
“Setan itu menjadi kuat, saat kita menjadi lemah. Dan setan menjadi lemah saat kita menjadi kuat”, ucarnya.
Ia berpesan, agar tiap jaringan INSISTS untuk selalu silaturahim secara intens. Untuk bertukar pengalaman dan ilmu.*/kiriman Kholili Hasib