Hidayatullah.com–Filsafat mungkin bukan topik yang populer di masyarakat untuk didiskusikan. Sebagian ada yang menganggapnya sebagai masalah yang rumit dan membingungkan bahkan hanya berisikan debat-debat yang tidak berguna.
Ada juga yang memilih menghindarinya dan menganggapnya ilmu yang haram karena dianggap mengagung-agungkan akal secara berlebihan.
Untuk memperjelas duduk persoalan filsafat ini, PIMPIN dan Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) mengadakan kuliah umum filsafat “Bandung Berfilsafat: Lectures and Coversations on Western Philosophy and Islamic Philosophy.”
Acara yang sedianya akan berlangsung pada 9-10 dan 23-24 April 2016 ini bertempat di Hotel Neo Bandung ini menghadirkan Dr. Syamsuddin Arif sebagai pembicara dan Dr. Adian Husaini sebagai moderator.
Dalam pembukaan acara yang dihadiri berbagai kalangan ini, ketua panitia, Dr. Wendi Zarman, menjelaskan acara diadakan untuk meluruskan pemahaman masyarakat mengenai filsafat Barat dan Islam.
Ia menampik, dalam filsafat, memang ada hal-hal yang kontroversial, bahkan berbahaya secara akidah.
“Tapi tidak berarti filsafat harus disingkirkan,” kata dosen Unikom Bandung ini.
Filsafat sebagai sebuah ilmu harus diperlakukan secara adil. Inilah yang dilakukan ulama-ilmuwan Muslim masa silam.
Mereka bukan hanya menyerap dan menelan mentah-mentah pemikiran para filosof Yunani, tetapi juga melakukan proses islamisasi sehingga dihasilkan suatu corak pemikiran filsafat yang berbeda dengan filsafat Yunani yang kita kenal dengan filsasat Islam.
“Karena, bagaimana pun juga keadaan kehidupan yang kita saksikan sekarang buah dari pemikiran filosofis. Politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya, semua itu buah dari pemikiran filosofis,” ujar Wendi.
Jika umat Islam membuang tradisi berpikir filosofis maka dia hanya akan menjadi konsumen pemikiran luar, khususnya Barat pada zaman ini.“Jangan sampai orang Islam, tapi konsep politik, ekonomi, pendidikan, sosial-budayanya dari Barat semua,” lanjutnya.
Dalam kegiatan ber-tagline “Now Everyone Can Think” ini, Dr. Syamsuddin Arif, menjelaskan bahwa filsafat sebagai suatu kegiatan berpikir secara mendalam, sebenarnya bukan dominasi orang Yunani saja.
“Harusnya kita tersinggung bila dikatakan filsafat hanya dari Yunani. Seakan-akan orang India, China, Afrika, Arab, termasuk Indonesia, tidak berpikir,” ujar direktur eksekutif INSISTS ini.
Perihal manfaat belajar filsafat Islam, ia menjelaskan ada beberapa manfaat yang bisa dipetik.
Pertama, adalah sebagai kegiatan ilmiah yang sangat dihargai dalam Islam. Kedua, adalah untuk menemukan hikmah yang hilang mengingat hikmah itu tidak semuanya berada di tangan umat Islam. Ketiga, memberi jalan memuaskan keingintahuan manusia yang merupakan sifat alamiahnya. Keempat, untuk membangun argumentasi rasional demi mengukuhkan keyakinan agama.
Menurut rencana, acara ini akan kembali digelar tanggal 23-24 April 2016 di tempat yang sama dengan pembicara yang sama pula.*/Wendi