Hidayatullah.com—Dalam tragedi penyerangan pasukan komando teroris Zionis Israel terhadap Kafilah Freedom Flotilla, lagi-lagi negara itu mendapat perlindungan dari Amerika Serikat. Sebagaimana disebutkan kantor berita IRNA, AS mengeluarkan pernyataan membenarkan serangan terhadap aktivis Freedom Flotilla. Senat AS mendukung pembantaian para aktivis kemanusiaan Freedom Flotilla oleh Israel dan mengutuk para aktivis.
John Cornyn, Senator dari kubu Republik yang pro Israel, terpilih sebagai penyusun draf resolusi ini. Resolusi ini membenarkan tindakan Israel menyatroni kapal Freedom Flotilla dan membantai para aktivis di dalamnya. Tak hanya itu, AS dalam resolusi ini meminta Israel untuk mempertahankan diri.
Media AS hari Kamis (10/6) juga melaporkan, mayoritas senator dan anggota parlemen AS mendukung aksi brutal Israel terhadap kapal Freedom Flotilla. Resolusi garapan John Cornyn ini juga mengutuk segala bentuk upaya pemutusan blokade Gaza dan penyelamatan 1,5 juta warga di wilayah ini, karena upaya tersebut akan mengancam serta melemahkan keamanan Israel.
Selain mengenai Gaza, resolusi ini juga mengecam Iran karena bangsa ini mendukung warga Gaza. Di bagian lain resolusi disebutkan, AS meminta Turki untuk memperkokoh hubungannya dengan Israel.
Resolusi ini semakin ekstrim dengan menyebut tindakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang merilis resolusi atau pernyataan anti-Israel sebagai tindakan yang tidak tepat.
Agaknya tidak perlu heran jika AS dan para senator yang diwakili John Cornyn sangat membela Israel. Kehadiran John Cornyn di Senat AS memakili para fundamentalis Kristen yang terdapat di sejumlah negara bagian AS. Tindak tanduk John Cornyn ini tidak jauh berbeda dengan George Walker Bush, mantan Presiden AS dan pernah menjadi Gubernur di negara bagian tempat asal John Cornyn.
John Cornyn III adalah Senator dari Negara Bagian Texas. Berasal dari Partai Republik, terpilih sebagai Senator pertama kali pada tahun 2002, mengalahkan calon dari Partai Demokrat, Ron Kirk, mantan Walikota Dallas, Texas. Pada pemilu November 2008, kembali duduk di Senat untuk kedua kalinya mengalahkan calon dari Demokrat, Rick Noriega. Saat ini Cornyn menjabat Ketua Komite Senat Partai Republik.
Texas bersama 10 negara bagian lainnya –Alabama, Arkansas, Florida, Georgia, Louisiana, Mississippi, North Carolina, South Carolina, Tennessee, dan Virginia—adalah negara-negara bagian yang berlokasi di wilayah selatan Amerika Serikat. Wilayah ini dikenal sebagai Bible Belt (Sabuk Bible) dan Sun Belt (Sabuk Matahari). Kedua wilayah ini secara tradisional pendukung kelompok konservatif, sekaligus merupakan pusat kaum fundamentalis dan penginjilan ajaran Protestan.
Pembela Israel
Secara umum kaum fundamentalis Kristen yang ada di negara-negara bagian itu berketetapan untuk menyebarkan “… keimanan mereka ke seluruh penjuru dunia.” Menurut buku The Cross and the Crescent: The Rise of American Evangelicalism and the Future of Muslims karya Muhammad Arif Zakaullah, tujuan utama mereka membangun Kerajaan Tuhan di muka bumi. Cara pandang mereka adalah gabungan antara keyakinan agama dan pemahaman pada nubuwah zaman akhir (apocalyptic).
Kaum fundamentalis Kristen percaya bahwa Kerajaan Tuhan akan dibangun di Israel. Para millennialis (kaum yang menanti-nantikan kedatangan Yesus setiap 1000 tahun) yakin bahwa kerajaan ini akan dibentuk Yesus Kristus pada kedatangannya yang kedua.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Timur Tengah, berawal dari terbentuknya negara Israel pada tahun 1948, perang enam hari pada tahun 1967, Perang Yom Kippur tahun 1973, Perang Sipil Libanon 1981-1983, penghancuran reaktor nuklir Irak oleh Israel (1981), bahkan peristiwa 11 September 2001 yang berlanjut dengan penyerbuan ke Irak, adalah menuju perang Armageddon (kekacauan dunia) sebagai pertanda pasti kembalinya Kristus.
Itu sebabnya kelompok Kristen konservatif di Amerika Serikat saat ini menjadi pendukung paling kuat kepada Israel. Dukungan ini harus diwujudkan: 1. Dalam kebijakan luar negeri Amerika, 2. Israel harus mampu mengalahkan musuh-musuhnya (sekarang maupun masa mendatang, termasuk dalam perang Armageddon), sehingga Israel mampu bertindak sebagai kerajaan Tuhan dengan Yerusalem sebagai ibukotanya setelah kedatangan kedua Yesus, 3. Berdasarkan penafsiran Perjanjian Lama, melawan Yahudi berarti menentang Tuhan.
Lebih jauh dari itu, kelompok Kristen konservatif memiliki penafsiran, dengan kembalinya Yesus ke bumi, orang-orang Yahudi akan berpindah menjadi Kristen. Yesus akan menang dan memerintah selama 1000 tahun.
Hegemoni ekonomi
Terlepas dari kepercayaan kelompok fundamentalis Kristen di AS, sesungguhnya bangsa Yahudi memiliki kekuatan besar di dalam dunia bisnis, bahkan lebih kuat lagi ketimbang Cina. Yahudi bisa dikatakan merajai bisnis seluruh dunia.
Menurut buku Rahasia Bisnis Yahudi yang ditulis Anton A. Ramdan, Pasca-Perang Dunia II, sepak terjang para pebisnis Yahudi sudah sedemikian kuatnya. Perusahaan demi perusahaan mereka bangun hingga menjadi kerajaan bisnis yang luas ke setiap negara di dunia. Berbagai bidang bisnis mereka kuasai, dari bisnis retail, barang tambang, industri, perbankan, hingga teknologi mutakhir.
Setelah menguasai setiap bidang bisnis, para pebisnis Yahudi juga mengendalikan berbagai institusi pendukung bisnis, seperti IMF dan Bank Dunia. Lebih jauh, mereka pun mempengaruhi institusi politik, antara lain lembaga-lembaga politik di Amerika Serikat.
Kaum Yahudi dapat melakukan itu semua karena mereka memiliki satu sistem bisnis dan ikatan kebangsaan yang lebih kuat dari bangsa mana pun. Mereka memiliki suatu sistem bisnis buatan mereka sendiri, yang kemudian mereka sebarkan ke seluruh negara di dunia, dengan harapan bangsa-bangsa lain tunduk di bawah sistem tersebut.
Secara nalar, bangsa Yahudi sejak dulu memang paling jago menjalankan sistem keuangan, antara lain sistem perbankan dengan riba (bunga). Sistem riba merupakan sistem bisnis terkuat yang dimiliki oleh tangan-tangan bisnis bangsa Yahudi. Sistem itu diperkuat dengan adanya ikatan kuat di antara mereka, berdasarkan ras atau etnis yang telah terjalin sejak dahulu kala sejak peradaban mereka terbentuk.
Di antara perusahaan-perusahaan milik Yahudi, yaitu: General Electric, Carrefour, Nestle, Caltex, Exxon, Coca-Cola Company, dan McDonalds. Tidak lupa pula dengan perusahaan telepon genggam terlaris, Nokia, yang didirikan oleh keturunan Yahudi, Fredrik Idestam.
Dalam media massa, Yahudi menguasai American Broadcasting Companies (ABC), Columbia Broadcasting System (CBS), National Broadcasting Company (NBC), The New York Times, The Wall Street Journal, dan The Washington Post. Dunia hiburan nomor satu sejagat, Hollywood juga dikuasai oleh mereka. Sebut saja produser dan sutradara film seperti Steven Spielberg, William Selig, Jesse Lasky, Samuel Goldwyn, dan Adolph Zukor.
Di dalam bisnis penerbitan, Yahudi juga menunjukkan dominasinya, seperti Random House, Simon & Schuster, dan Time Book, inc. Ketiga penerbit ini mempunyai jaringan yang luas dan kuat. Dengan penguasaan media, Yahudi dapat mengendalikan opini publik di media cetak maupun elektronik.
Kaum Zionis Israel mempunyai kekuatan ke lingkaran elite negara AS. Zionis memiliki tim lobi khusus yang dikenal dengan sebutan AIPAC (American Israel Public Affairs Committee). AIPAC sangat berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan di Kongres Amerika. Di lembaga inilah John Cornyn, Senator dari kubu Republik, menyusun pembelaan atas Israel yang membantai aktivis kemanusiaan di Kapal Mavi Marmara.
Agaknya api di Timur Tengah yang disulut Israel dan Amerika Serikat akan sulit padam dalam jangka waktu pendek. Ada negara yang mengobarkan, ada negara yang berkepentingan, dan ada pula negara yang memetik keuntungan di tengah kemelut itu.
Jika saja negara-negara muslim bisa melepaskan diri dari permainan kotor negara-negara itu, niscaya kekuatan akan bisa dicapai. Sejauh ini, hanya bermodal kekuatan akidah, telah menunjukkan sebuah bangsa bisa bertahan. Hal ini telah ditunjukkan oleh rakyat yang ada di Gaza. Tetap kuat di tengah keterjepitan. [si/hidayatullah.com]