Ribuan massa Irak di kota Basrah hari Ahad 1 Juni 2003 menggelar aksi demo menentang penunjukkan penguasa Inggris di kota tersebut.
Dalam berbagai pernyataan yang tertera dalam spanduk-spanduk yang mereka bawa, selain mengecam pengangkatan administrator Inggris di kota itu, ribuan massa itu juga menegaskan bahwa rakyat Iraq sanggup mengatur negerinya sendiri.
Lebih jauh, massa demonstran juga menyerukan kepada segenap faksi politik Iraq agar segera menggelar sidang guna membentuk sebuah pemerintahan nasional.
Akibat demo tersebut, gedung wali kota Basrah yang tadinya hendak dijadikan tempat peresmian penguasa baru Inggris terpaksa dijaga ekstra ketat oleh pasukan Inggris guna mengantisipasi kemungkinan adanya serangan dari massa. Sebab, dalam beberapa hari lalu, protes rakyat Iraq terhadap pendudukan AS dan Inggris bahkan ditandai dengan serangkaian operasi serangan mati syahid yang salah satunya dilakukan oleh seorang perempuan.
Maraknya protes tersebut tentu saja menyulitkan tentara AS dan Inggris yang sudah terlanjur nekat untuk menduduki Iraq dalam jangka waktu yang lama.
Dewasa ini, ultimatum yang ditetapkan tentara AS kepada rakyat Iraq supaya menyerahkan senjatanya sudah dimulai. Akan tetapi, menurut berbagai laporan, ultimatum itu tidak digubris oleh rakyat Iraq yang semakin hari semakin tidak percaya kepada AS.
Berlanjutnya kondisi ini jelas menjadi kendala besar bagi tentara AS dan Inggris, terutama di saat masalah pembentukan pemerintahan transisi yang terdiri atas berbagai elemen bangsa Iraq sendiri ternyata dipeti-es-kan.
Di depan derasnya tuntutan rakyat Iraq, yang dilakukan pasukan pendudukan pimpinan AS selama ini lebih menyerupai janji-janji belaka mengenai pembentukan pemerintahan transisi.
Belakangan ini, sikap terbaru pasukan AS malah masih berupa gagasan untuk membahas soal pemerintahan sementara dalam format dewan politik. Dalam dua bulan terakhir, trik itu sudah berkali-kali diupayakan tetapi hasilnya tetap nihil.
AS sedang dirasuki obsesi untuk memiliki daya cengkeram yang kuat dan mengakar pada semua sendi-sendi kekuasaan di Iraq. Sayagnya, kedatangannya itu jutsru tidak bisa diterima oleh rakyat Iraq sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan bermartabat. Tidak aneh jika setiap hari negeri 1001 malam tersebut menjadi ajang demo protes anti AS dan Inggris. (radio irib/masdum/cha)