Dari jumlah tersebut, 70 orang tewas di tempat yang disebut AS sebagai kam teroris di 150 km barat laut Bagdad. Sedangkan 27 lainnya di utara Bagdad.
Juru bicara militer AS dengan mata berkilat dan menyunggingkan senyum puas mengumumkan pembantaian itu. Ia mengatakan seorang tentara AS cedera dan 70 orang Iraq tewas dalam suatu operasi yang masih berlangsung. Divisi Lintas Udara Ke-101 ikut dalam serangan tersebut.
Pihak militer sebelumnya mengatakan serangan tersebut bagian dari usaha-usaha berkelanjutan untuk menghancurkan para pendukung Partai Baath, kelompok-kelompok paramiliter, dan unsur-unsur subversi lainnya. Namun, ia tidak memberikan keterangan lebih jauh tentang kamp tersebut.
Operasi itu dimulai Kamis (12/6) pagi dengan serangan udara terhadap kam tersebut. Para komandan AS mengatakan para pendukung mantan Presiden Saddam Hussein berada di belakang gelombang serangan maut terhadap pasukan AS dalam pekan-pekan belakangan ini.
Sekitar 40 tentara AS tewas dalam serangan sejak Presiden Saddam digulingkan dua bulan lalu.
Dalam perkembangan terpisah di utara Bagdad, Jumat, pasukan AS membunuh 27 warga Iraq yang menyerang satu patroli tank.
Para pejuang Iraq itu menembakkan senjata-senjata antitank ke patroli AS di Kota Balad. Tank-tank membalas tembakan itu, menewaskan empat orang Irak. Kendaraan-kendaraan lapis baja yang didukung helikopter-helikopter tempur mengejar sisa kelompok itu, menewaskan 23 orang.
Para pejabat AS mengatakan Operasi Serangan Semenanjung, operasi terbesar AS di Iraq sejak akhir perang, melibatkan sekitar 4.000 tentara yang menjelajahi satu daerah sekitar Sungai Tigris timur laut Kota Balad yang tegang.
Di sisi lain, kantor berita Itar-Tass melaporkan satu kelompok para ahli independen dari Inggris dan Amerika Serikat (AS) telah melaksanakan satu penyelidikan yang mengungkapkan antara 5.000 hingga 7.000 warga sipil tewas dalam perang koalisi pimpinan AS di Iraq.
Menurut pendapat mereka, angka tersebut mungkin segera bertambah mencapai jumlah 10.000.
Sementara itu, jalur utama pipa minyak dari ladang-ladang minyak di utara Iraq, Juamt, diledakkan. Penduduk setempat mengatakan dua bom menghajar pipa minyak itu dengan tujuan untuk menghentikan ekspor minyak lewat Turki.
Seorang saksi mata mengaku melihat dua kebakaran terpisah pada jalur pipa yang terletak sekitar 15 kilometer dari kota pengilangan utama Baiji, tak jauh dari jalan utama antara Bagdad dan ibu kota Iraq utara Mosul.
Helikopter AS terbang mengelilingi tempat yang terbakar itu. Para penduduk di kedai Al-Amin yang berada tak jauh dari tempat itu mengatakan pipa pengiriman tersebut diserang rakyat Irak dengan menggunakan bahan peledak, Kamis (12/6) sekitar pukul 20.45 (23.45 WIB). Ledakan itu terjadi di hari pertama kontrak ekspor minyak Iraq pascaperang.
“Kami mendengar dua ledakan dan berlari,” kata pemilik kedai kopi Abu Ala. “Kami melihat api keluar dari pipa tersebut di dua tempat. Tak lama kemudian dua helikopter Amerika tiba.”
Para pengunjung lainnya mengatakan serangan itu merupakan aksi sabotase. “Beberapa orang Irak datang dan meledakkannya,” kata Kazem Ibrahim. “Itu untuk menghentikan Amerika membawa minyak kami ke Turki,” kata Khidr Aziz.
Dalam melaksanakan investigasi, para ahli dan sosiolog tersebut mengunjungi rumah sakit-rumah sakit dan kota-kota di Iraq. Mereka menanyai para penduduk lokal mengenai keluarga mereka yang tewas dalam pertempuran.
Menurut informasi mereka, antara 1.700 hingga 2.300 orang tewas dalam perang menaklukkan Kota Bagdad saja.
Di Baiji yang berjarak sekitar 225 kilometer di utara Bagdad terdapat sebuah kilang dan pembangkit listrik utama. Kilang itu memproses minyak dari ladang-ladang minyak di sekitar Kota Kirkuk.
Listrik yang dihasilkan dari pembangkit di Baiji dengan minyak mentah dari Kirkuk ini sangat penting bagi penduduk di utara-tengah Iraq dan ibu kota Iraq yang juga didominasi Sunni dan sejumlah penduduk menyatakan memusuhi pasukan pendudukan AS.
“Rakyat Irak tidak berubah. Satu Saddam hilang, akan muncul 20 lagi setiap hari,” kata Hussein Abu Ali.
Kamis lalu, pemerintahan pendudukan AS di Iraq memberikan kontrak kepada beberapa perusahaan minyak internasional untuk mengangkut minyak mentah Irak. Kontrak itu adalah yang pertama sejak perang yang menggulingkan Saddam Hussein berakhir April lalu. (MI/cha)