Jum’at, 16 September 2005
Hidayatullah.com—Meski terus mendapat tekanan dari pihak Amerika Serikat (AS) dan tiga negara Uni Eropa (UE) menyangkut pengembangan program nuklir, tak menggoyahkan Iran untuk tetap mengembangkan program nuklirnya. Tekad negara itu untuk terus mengembangkan teknologi paling ditakuti duna Barat itu bahkan akan ditularkan pada negeri-negeri Muslim, begiku kutip kanto berita Iran, IRNA.
Pernyataan itu disampaikan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Kamis (15/9) kemarin.
"Iran sama sekali tidak pernah menginginkan adanya senjata pemusnah massal. Dengan kerendahan hati, kami siap untuk memberikan pengetahuan tentang teknologi nuklir yang kami ketahui kepada negara Islam di dunia," ujar Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad
Menurut kantor berita Iran, IRNA, pernyataan itu dikeluarkan Ahmadinejad saat bertemu dengan Perdana Menteri Turki,Tayyip Erdogan saat menghadiri pertemuan majelis umum Perserikatan Bangsa Bangsa di New York.
Selama ini, negara-negara Muslim belum terlalu jauh mengembangkan nuklir. Satu-satunya negara Muslim yang punya senjata nuklir adalah Pakistan. Sedangkan Libya menghentikan pengembangan nuklir setelah ditekan bertahun-tahun oleh AS. Iraq pernah dituduh mengembangkan senjata pemusnah massa (termasuk nuklir) dan digempur AS, namun ternyata tak terbukti.
Selanjutnya, Ahmadinejad menandaskan sekali lagi bahwa program nuklir Iran dikembangkan untuk tujuan perdamaian. "Ilmuwan Iran telah menguasai siklus nuklir dan kami telah sepakat untuk memanfaatkan teknologi tersebut dalam bingkai kesepakatan nonproliferasi (NPT), hukum internasional, dan bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA)," jelasnya.
Selama ini, Teheran telah berkali-kali melansir pernyataan terkait dengan tujuan program nuklir mereka. Iran akan menggunakan teknologi nuklir itu untuk membangkitkan listrik dan hal tersebut "sah" berdasar NPT. Ketika Iran memulai proyek nuklir itu sebulan lalu, AS dan konco-konconya memekikkan amarah.
Sebelumnya, AS dan "tiga besar" Uni Eropa (Inggris, Jerman, dan Prancis) terus melakukan tekanan agar Iran tak mengembangan teknologi nuklir dan berjanji membawa kasus Iran tersebut ke hadapan Dewan Keamanan PBB (DK PBB).
Sayangnya, upayanya itu terus terganjal. Dari Wina (markas IAEA) dilaporkan, sejumlah negara Eropa menyatakan sikap yang bertentangan dengan sorotan AS dan "tiga besar" tentang nuklir Iran.
Puluhan diplomat negara anggota IAEA, termasuk yang di Wina dan di negara-negara Eropa, memberikan pembelaan kepada Iran dengan menyatakan bahwa negara para mullah itu mempunyai hak untuk mengembangkan nuklir di bawah NPT.
Sebagaimana diketahui, negeri-negeri Barat dan Eropa paling ketakutan jika ada negeri Islam mampu mengembangkan teknologi nuklir. Jika niat niat Iran membagi ilmunya itu, boleh jadi Barat da Amerika tak akan tidur tenang. (ap/afp/irib/jp/cha)