Selasa, 15 November 2005
Hidayatullah.com–Misi Bantuan PBB di Iraq (UNAMI) juga menyatakan pasukan khusus dan polisi Iraq tak terlalu peduli dengan HAM selama operasi pembersihan keamanan, sementara gelombang pemboman oleh gerilyawan terhadap warga sipil dan tempat ibadah dapat menyulut bentrokan antar-masyarakat.
Dalam laporan HAM dua bulanannya yang meliputi masa dari 1 September sampai 31 Oktober, UNAMI menyatakan, “Banyak bagian Irak terus mengalami kemerosotan umum pada bidang hukum dan ketenangan.”
Ditambahkannya, “Ratusan warga sipil telah tewas dan cedera akibat aksi teroris, pembunuhan terencana dan pembunuhan ala-hukuman mati di luar hukum.”
“Operasi besar keamanan oleh pasukan khusus dan polisi Irak terus mengabaikan instruksi yang diumumkan Agustus 2005 oleh menteri dalam negeri agar menjamin keselamatan individu selama operasi penggeledahan dan penangkapan,” katanya.
“Aksi pemboman yang terjadi berulangkali oleh kelompok bersenjata terhadap warga sipil dan masjid meningkatkan kekhawatiran bahwa hubungan masyarakat merosot jadi suatu pola kekhawatiran, permusuhan dan balas dendam,” katanya.
Dan “operasi militer yang berlangsung, terutama di bagian barat dan utara negeri itu, terus membuat banyak warga meninggalkan tempat tinggal mereka serta menimbulkan kesulitan bagi ribuan keluarga serta memiliki dampak yang merusak terhadap masyarakat sipil,” katanya.
UNAMI menyatakan organisasi tersebut juga prihatin dengan banyaknya orang yang ditahan di negeri itu.
“Meskipun kemajuan dalam pengkajian berbagai kasus membawa kepada pembebasan ratusan orang, secara keseluruhan jumlah tahanan terus bertambah akibat penangkapan massal yang dilakukan selama operasi militer dan keamanan,” katanya.
Namun UNAMI tak memberikan jumlah orang yang ditahan, tapi beberapa pejabat menyatakan sebanyak 18.000 orang ditahan di berbagai penjara yang dikelola Irak dan AS.
Semenjak invasi Amerika ke Iraq, negeri itu terus mengalami ketidaktenangan dan konfik. (ant/rtr)