Senin, 28 November 2005
Hidayatullah.com–Uni Eropa (UE ), Amerika Serikat (AS) akan melancarkan perang diplomatik putaran baru dengan Iran berkisar masalah nuklir. Cara Amerika ini sudah kesekian kali sebagai usaha menekan Iran.
Menurut pengaturan sidang itu, Direktur Jenderal IAEA, Mohamed El Baradei akan menyerahkan sebuah laporan baru kepada wakil dari 35 anggota Dewan IAEA mengenai kemajuan masalah nuklir Iran, sedangkan para peserta sidang akan terus mengadakan diskusi mengenai penyelesaian masalah nuklir Iran.
Sebelumnya, masyarakat internasional secara merata berpendapat, AS dan UE akan mendorong sidang kali ini untuk meloloskan resolusi, agar masalah nuklir Iran diserahkan kepada Dewan Keamanan PBB.
Namun, media Wina Senin lalu menurut sumber diplomat AS dan UE mengungkapkan, bahwa AS dan UE sudah memutuskan untuk sementara tidak mempertimbangkan soal mendorong sidang untuk menyerahkan masalah nuklir Iran kepada Dewan Keamanan PBB, tetapi mencoba mendorong sidang untuk mengeluarkan sebuah pernyataan mengenai penemuan terbaru IAEA, dan mengajukan kritik terhadap Iran yang mungkin mempunyai grafik teknologi inti hulu peluru nuklir serta mengusahakan kegiatan nuklir lainnya yang mengkhawatirkan.
Analis berpendapat, AS dan UE berbuat demikian dimaksudkan untuk memberi waktu yang lebih banyak kepada Rusia untuk menasehati Iran menerima sebuah konsep kompromi, agar kegiatan pengayaan uraniumnya dialihkan ke Rusia.
Apabila Rusia berhasil menasehati Iran untuk menerima usulan tersebut, maka secara teoritis Iran akan kehilangan syarat untuk menghasilkan bahan bakar nuklir kelas senjata, sehingga menipiskan kekhawatiran AS dan UE terhadap program nuklir Iran.
Jika Rusia gagal, maka akan sangat lemahnya suara Rusia dan sejumlah anggota IAEA lainnya yang menentang untuk menyerahkan masalah nuklir Iran kepada Dewan Keamanan PBB.
Selain itu, di dalam tubuh IAEA, anggota yang menentang usulan AS mengenai soal nuklir Iran bertambah lagi selain Venezuela, yaitu Belarus, Kuba dan Suriah. Apabila AS dan UE secara paksa mendorong penyerahan masalah nuklir Iran ke Dewan Keamanan, maka mereka akan menghadapi rintangan yang sangat besar. Oleh karena itu, AS dan UE kali ini mengambil taktik " mundur untuk maju ", berupaya agar Rusia mendekati atau menerima pendiriannya, dengan harapan menyerahkan sekaligus masalah nuklir Iran kepada Dewan Keamanan kalau syaratnya sudah matang di kemudian hari.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sementara itu, pihak Iran sendiri nampaknya tak takut berbagai tekanan Amerika dan sekutunya.
Sebagaimana diberitakan di Radio Irib, pekan ini di Iran justru memperingati pekan basij atau pasukan relawan. Tahun 1979, Imam Khomeini, pemimpin besar revolusi Iran pernah mengeluarkan instruksi pembentukan sebuah lasykar besar yang dianggotai oleh para relawan.
Dalam ungkapan terkenalnya, Imam Khomeini menyatakan keinginannya untuk membentuk sebuah pasukan tangguh dengan jumlah personil 20 juta orang. Pasukan sebesar ini tidak ada tandingannya di dunia. Instruksi Imam Khomeini inilah yang melandasi berdirinya pasukan relawan Basij.
Boleh jadi, peringatan ini juga dimaksudkan untuk tak gentar melawan segala ancaman Amerika Serikat. (ap/sib/irib/cha)