Hidayatullah.com–Mangfaldsbarometern, sebuah kajian sosiologi oleh Universitas Upsala dalam laporannya tahun ini kembali mengkaji masalah imigran. Di dalamnya juga dimuat pandangan orang Swedia terhadap Muslim.
Jumlah orang Swedia yang memiliki pengalaman positif dengan para imigran dilaporkan meningkat. Pendapat positif paling banyak datang dari para wanita, pemuda, dan individu yang memiliki pendidikan menengah.
Laporan tersebut menunjukkan adanya sifat positif orang Swedia terhadap imigran yang semakin bertambah, yaitu sekitar 67% dari populasi. Mereka menunjukkan adanya pengalaman positif ketika bekerja atau belajar bersama dengan para imigran. Tiga tahun lalu persentasinya 65%, demikian menurut Upsala Nya Tidning (UNT).
Sementara itu, di kalangan mereka yang memiliki pendidikan rendah menunjukkan hal sebaliknya. Hanya 43% saja yang dilaporkan memiliki pengalaman positif. Jumlah ini menurun dari tahun 2006 yang mencapai 55%.
Di kalangan orang yang berpendidikan tinggi, jumlahnya meningkat menjadi 79%. UNT juga menunjukkan, warga Swedia yang berusia lebih muda memiliki kontak positif lebih tinggi daripada orang dewasa.
Sementara sikap positif terhadap imigran jumlahnya meningkat, jumlah mereka yang bersikap negatif turun sekitar 10%. Sebanyak 4% populasi masih mempertahankan sikap bermusuhan yang ekstrim terhadap perbedaan budaya.
Jumlah warga Swedia yang berpartisipasi dalam kajian yang dilakukan oleh Lembaga Sosiologi Univeritas Upsala itu sebanyak 1.016 orang.
Sayangnya, orang Swedia yang menginginkan agar hijab dilarang di sekolah-sekolah dan tempat kerja, jumlahnya justru meningkat. Alasan mereka karena hijab adalah lambang penindasan terhadap wanita.
Kalau demikian adanya, lantas apa sebenarnya makna dari “pemahaman akan adanya perbedaan budaya” menurut orang Swedia? [di/tl/hidayatullah.com]