Hidayatullah.com–Pemerintah Maroko akan mendeportasi puluhan misionaris asing yang berkedok sebagai pekerja kemanusiaan organisasi bantuan Kristen pekan ini.
Menurut para pastur di beberapa kota, pekan sebelumnya polisi telah mengusir para pekerja sosial yang dicurigai menyebarkan agama Kristen di lima kota besar, Fez, Tangiers, Essaouria, Rabat, dan Marakesh.
Jurubicara Kedutaan Besar AS di Rabat, David Rantz, membenarkan bahwa di antara misionaris yang diusir adalah warga Amerika. Ia menolak untuk menyebutkan nama-nama mereka.
Pada prinsipnya organisasi Kristen boleh melakukan kegiatan kemanusiaan di Maroko, tapi mereka dilarang menyebarkan agama kepada 98 persen Muslim yang menjadi mayoritas di penduduk negeri itu.
Namun pada praktiknya, ratusan orang Kristen asing sudah menyebarkan agama mereka secara diam-diam selama bertahun-tahun lamanya. Demikian diungkapkan oleh Jean-Luc Blanc, Kepala Gereja Evagelis yang bermarkas di Casablanca seperti dikutip dari Christian Science Monitor (11/3).
Di masa lampau, kata Blanc, pemerintah biasanya per tahun hanya mendeportasi satu atau dua misionaris yang dinilai melanggar aturan. Selama sembilan tahun berada di sana, baru kali ini Blanc melihat ada deportasi besar-besaran seperti sekarang. “Sejak saya berada di Maroko, hal seperti ini tidak pernah terjadi,” ujarnya.
Pejabat pemerintah mengatakan, mereka hanya melakukan pengusiran kepada pekerja sosial yang melanggar aturan.
“Ini bukan tindakan untuk melawan Kristen, ini adalah tindakan yang diambil atas orang-orang yang tidak menghormati hukum negara ini,” kata Menteri Komunikasi Maroko Khalid Naciri dalam wawancara lewat telepon dengan Christian Science Monitor.
Chris Broadbent, warga Selandia Baru pengelola panti asuhan Village of Hope yang terkena sweeping polisi, mencoba membantah tuduhan pemurtadan yang dilakukan kelompoknya. “Masalahya kami tidak mengajak orang masuk agama kami,” katanya. “Kami paham aturannya.”
Sementara itu Jim Pitts yang mengelola panti asuhan Children’s Heaven menunggu apa yang akan dilakukan polisi kepada mereka.
“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami,” katanya. “Kita lihat saja.”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut Pitts, pemerintah secara umum tahu mereka melakukan kerja kemanusiaan.
Isu pemurtadan oleh misionaris Kristen dengan berkedok memberikan bantuan bencana atau melakukan aksi kemanusiaan tidak hanya terjadi di Maroko. Setiap ada bencana di Indonesia, sering ditemukan aksi pemurtadan oleh organisasi kemanusiaan Kristen dari luar negeri. Hal serupa terjadi di Bangladesh. Pekerja World Vision baru-baru ini juga ketahuan melakukan aksi pemurtadan di Pakistan, sehingga enam orang pekerjanya ditembak oleh sekelompok orang.
Di India, negara Hindu yang memiliki peraturan larangan aksi misionaris, juga pernah beberapa kali mengungkap World Vision melakukan aksi pemurtadan dengan berkedok program pembangunan bagi rakyat miskin. [di/csm/hidayatullah.com]