Hidayatullah.com–Perundingan 90 menit antara Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Perdana Menteri Zionis Israel, Benjamin Netanyahu tidak mengubah sikap Washington dan Tel Aviv mengenai proses perundingan damai Timur Tengah dan kelanjutan pembangunan permukiman Zionis di Jerussalem. Selama dua pekan terakhir hubungan AS dan Israel terancam renggang.
Dalam pertemuan yang tertutup oleh media itu, Obama bertekad membuka kembali perundingan damai Timur Tengah yang membentur dinding, dan menjadikannya sebagai prestasi dalam rapor politik luar negeri Partai Demokrat.
Namun Zionis konservatif kanan Netanyahu tetap ngotot mempertahankan sikapnya melanjutkan pembangunan permukiman di Jerussalem Timur dengan tujuan melenyapkan seluruh sarana dimulainya perundingan damai.
Sebelumnya, saat Wapres AS, Joseph Biden melawat Israel pada 9 Maret lalu untuk membujuk kesediaan Israel memulai perundingan damai, kabinet Netanyahu mengumumkan instruksi pembangunan 1600 unit rumah baru Zionis di Jerussalem Timur dalam acara makan siang dengan Biden.
Terang saja, aksi tersebut memicu reaksi keras Washington. Bahkan, Menlu Hillary Clinton menyebut sikap Tel Aviv sebagai penghinaan terhadap AS.
Instruksi Tel Aviv ini memberikan pesan kepada pemerintah Obama bahwa Rezim Zionis sepenuhnya menentang segala bentuk perundingan damai mengenai transformasi kawasan barat Timur Tengah.
Struktur kekuasan Zionis tidak mengizinkan Netanyahu menyerah terhadap tekanan AS dan Inggris soal pembangunan permukiman Zionis. Kabinet ini juga didukung Partai Likud dan Partai Buruh.
Sejumlah pengamat politik mengemukakan alasan lain soal sikap ngotot Netanyahu melanjutkan pembangunan permukiman Zionis di Jerussalem timur. Para analis politik menyinggung statemen Netanyahu dalam pertemuan Komisi Urusan Publik AS-Israel (AIPAC) yang menyatakan bahwa Jerussalem timur merupakan bagian yang tidak boleh diganggu gugat dalam setiap perundingan.
Sejatinya, Tel Aviv terus menekankan pembangunan permukiman Zionis di Jerussalem Timur sebagai prasyarat perundingan mendatang. Untuk itu, Netanyahu pada hari pertemuan dengan Obama di Gedung Putih menginstruksikan pembangunan 20 apartemen Zionis di Jerussalem di bekas sebuah hotel tua Palestina kepada Walikota Quds.
Dengan cara ini, kelompok ekstrim Israel menegaskan kepada Obama bahwa Tel Aviv akan mengikuti kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah Barat, jika Washington menjadikan pembangunan permukiman Zionis sebagai prasyarat perundingan damai.
Jubir Gedung Putih Robert Gibbs, sebagaimana dikutip salah satu media resmi Amerika, VOA, mengatakan, Presiden Obama dan Netanyahu berbicara secara “jujur dan gamblang” tentang keamanan regional.
Kantor Netanyahu mengatakan Rabu bahwa tak ada pembatasan terhadap transaksi real estat di Jerusalem, dan ditambahkannya bahwa “Yahudi dan Arab bisa membeli dan menjual properti secara bebas di seluruh kota.”
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menegaskan kembali Rabu bahwa pemukiman Israel di Jerusalem Timur ilegal menurut hukum internasional dan harus segera dihentikan. [irb/voanews/cha/hidayatullah.com]