Hidayatullah.com–Mahkamah Agung Israel menolak banding yang diajukan seorang penerima Nobel Perdamaian asal Irlandia pendukung perjuangan Palestina, atas kasus pendeportasian dirinya. Demikian pengumuman resmi pengadilan Israel hari Senin (4/10) menyebutkan.
Mairead Corrigan Maguire, dilarang masuk ke Israel karena berusaha menerobos blokade laut Israel atas Gaza pada bulan Juni silam. Sebuah pengadilan yang lebih rendah menetapkan pendeportasiannya pada hari Jumat. Namun wanita itu kemudian mengajukan banding ke Mahkamah Agung.
Menurut jurubicara pengadilan, Ayalet Filo, hari Senin malam Mahkamah menolak banding Maguire. Sementara jubir Kementerian Dalam Negeri Sabin Hadad mengatakan bahwa Maguire akan diterbangkan dengan pesawat yang paling awal dari bandara Israel.
Maguire mendapatkan Nobel tahun 1976 atas usahanya mengakhiri pertikaian sektarian di Irlandia Utara. Kemudian setelah itu dia memusatkan perhatiannya pada perjuangan rakyat Palestina.
Maguire ditahan hari Selasa setelah mendarat di bandara Tel Aviv dalam perjalanan menemui para aktivitis perdamaian dari Palestina dan Israel.
Dalam sidang bandingnya Senin kemarin, wanita bertubuh subur itu menyeru agar Israel menghentikan kebijakan apartheid atas Palestina.
Hakim yang tidak senang segera menegurnya. “Ini bukan tempat propaganda,” kata Asher Grunis, yang tidak lama setelah itu mengakhiri sidang.
Pemerintah menolak usulan pengadilan agar memperbolehkan Maguire bertemu para aktivis perdamaian selama 2 hari, lalu kembali pulang.
Para pengacaranya sudah mengira bahwa Maguire akan dideportasi. Sebuah keputusan yang menurut mereka bisa menodai citra Israel di luar negeri.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa Maguire tahu dia tidak akan diperbolehkan masuk ke Israel, tapi tetap nekat untuk melakukan provokasi.
Saat berjalan menuju ruang sidang, Maguire kepada para wartawan berkata, “Akan ada kedamaian di negara ini, tapi hanya jika Israel mengakhiri apartheid dan pembersihan etnis atas orang-orang Palestina.”
Jody Williams dari Nobel Women’s Initiative, yang mensponsori rencana pertemuan, mengatakan bahwa mereka tidak tahu adanya larangan masuk atas Maguire. Tapi awal tahun ini, Kementerian Luar Negeri Israel menolak untuk melonggarkan larangan dan memperbolehkan Maguire ikut serta dalam rombongan yang tiba pekan lalu itu.
Selain mendukung perjuangan Palestina, Maguire juga mendukung Mordechai Vanunu, seorang pembocor informasi nuklir Israel yang dicap sebagai pengkhianat.
Tahun 2007, perempuan itu terluka saat petugas keamanan Israel menembaki demonstran di Tepi Barat. Kakinya luka akibat tembakan peluru karet yang sengaja dibidik ke arah Maguire.
Israel banyak melarang masuk para tokoh pendukung perjuangan Palestina, termasuk profesor linguistik keturunan Yahudi asal AS Noam Chomsky. Israel yang menggelandang Chomsky keluar dari wilayah jajahannya pada bulan Mei lalu kemudian berdalih bahwa tindakan mereka adalah sebuah kekeliruan.[di/ap/cndp/hidayatullah.com]