Hidayatullah.com–Serangkaian lebih dari 110 misil yang ditembakkan ke arah target-target di Libya hanyalah tahap pertama dari banyak operasi militer lain yang akan dilakukan di Libya. Demikian disampaikan oleh seorang pejabat militer senior Amerika Serikat, Sabtu (19/3).
Laksamana Madya Bill Gortney, direktur Pasukan Gabungan AS menolak untuk mendiskusikan apa tahap operasi selanjutnya yang akan dilaksanakan. Ia hanya mengatakan, sejauh ini sudah 20 target yang disasar pasukan sekutu.
Menurut Gortney, diperlukan waktu 6 hingga 12 jam sebelum tempat-tempat yang diserang tersebut bisa diakses dengan menggunakan pesawat tanpa awak atau peralatan lainnya.
Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Kanada dan Italia masing-masing mengirimkan pasukan militernya dalam misi menggulingkan Muammar Qadhafi yang diberi nama operasi “Odyssey Dawn”.
Seorang pejabat militer AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan, negara-negara Arab lain juga akan bergabung mengirimkan pasukan mereka untuk menyerang Libya.
Militer AS menunjukkan gambar, sekitar 25 kapal pasukan koalisi, termasuk 3 kapal selam AS yang dipersenjatai rudal Tomahawk telah parkir di perairan Laut Tengah. Lima pesawat pengintai AS juga sudah ditempatkan di sana.
Pejabat AS mengatakan, pasukan dan pesawat-pesawat tempur mereka akan ikut ambil bagian, namun hingga saat ini pesawat AS belum beroperasi di langit Libya. Pasukan Amerika Serikat dipimpin oleh Jenderal Carter Ham.
Gortney mengatakan, belum ada pasukan darat AS yang masuk ke Libya. Nantinya, mereka akan menangani logistik pasukan selama menjalankan serangan militer, seperti menyuplai bahan bakar.
Media milik pemerintah Libya mengatakan, pesawat-pesawat sekutu menembaki target sipil di ibukota Tripoli hari Sabtu (19/3), sehingga jatuh korban.
Sebelumnya para saksi mengatakan kepada AFP bahwa sejumlah suara ledakan besar terdengar di sebelah timur Tripoli dan bola api raksasa terlihat di kaki langit.
“Kami tidak tahu di mana ledakan itu terjadi,” kata seorang warga pinggiran timur Tripoli.
Sebelumnya, pesawat Rafale milik pasukan udara Prancis mengawali serangan sekutu dengan meledakkan sejumlah tank dan kendaraan militer milik pasukan yang setia pada Qadhafi, hanya beberapa jam setelah Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengumumkan dimulainya serangan militer atas Libya.
“Kendaraan itu jelas menunjukkan sebagai musuh,” kata jurubicara militer Thierry Burckhard, setelah mendapat mandat pertama PBB untuk melakukan serangan udara. Ia mengatakan, kendaraan militer Libya yang dihancurkan itu mengancam warga sipil.
Sarkozy berdalih dengan mengatakan serangan yang dilakukan pasukannya adalah upaya mencegah pasukan Qadhafi melancarkan serangan udara ke Benghazi. Ia juga mengatakan bahwa pasukan sekutu akan berhenti menyerang, jika Qadhafi menghentikan aksi militernya.
Perdana Menteri Inggris David Cameron kepada wartawan usai menghadiri pertemuan para pemimpin dunia di Paris mengatakan, Qadhafi telah melanggar janji gencatan senjata.
“Kolonel Qadhafi yang menyebabkan (serangan) ini terjadi. Dia telah berbohong kepada masyarakat internasional, dia menjanjikan gencatan senjata, tapi dia telah melanggar gencatan itu,” kata Cameron.*
Keterangan foto: Pesawat Rafale milik Prancis pembuka serangan sekutu atas Libya.