TERORISME (tentu dalam arti yang sesungguhnya) adalah perbuatan keji. Menciptakan ketakutan di tengah masyarakat, apapun alasannya, sangatlah tidak manusiawi dan harus dilawan. Kepada para korban yang sempat tersengat bom beberapa waktu lalu, kita doakan semoga lekas sembuh dan bisa kembali bekerja seperti sedia kala.
Terlepas dari itu, saya merasakan ada keanehan dalam kejadian pengiriman paket bom yang berentetan tersebut. Sepenarian dengan itu, ada semacam kesangsian, bahwa apa sebenarnya motif teror Bom Utan Kayu kemarin itu, dan beberapa rentetan bom buku lain selanjutnya.
Berikut beberapa keganjilan yang sempat saya pikirkan dari teror bom yang sangat disorot media ini, yang kemudian menenggelamkan isu akbar perihal “abused power” oleh Presiden Yudhoyono yang ditulis Koran Australia, The Age.
Pertama, keganjilan itu, adalah paket bom buku untuk Ulil Abshar Abdalla dikirim oleh orang yang menyebut diri sebagai Drs. Sulaiman Azhar, Lc. Apa maksud gelar Lc dicantumkan di situ. Mungkin kita bertanya tanya, apakah di sana ada upaya untuk menciptakan image ataukah labelisasi bahwa orang yang bergelar Lc, yang identitik sebagai lulusan Timur Tengah dan Islam, adalah pembuat teror dan keonaran.
Sebab selama ini yang kerap dinyanyikan para “pengamat” terorisme, bahwa terorisme di Indonesia adalah mereka yang mau meneggakkan Khilafah Islam atau menegakkan syariat Islam. Maka disebutlah kemudian tokoh tokohnya, misalnya, Imam Samudera yang alumni Afghan, dan lain lain.
Ada usaha luar biasa pengamat –khususnya yang sering diangkat TVOne atau Metro TV– untuk mengkait-kaitkan suburnya terorisme dengan Islam. Seorang purnawirawan TNI yang sering jadi rujukan TV bahkan sangat bersemangat mengarahkan masalah ini pada Islam. Anehnya, jarang ada pembanding dari kaum Muslim sendiri yang seimbang.
Dengan tercantumnya gelar LC, dan image Timur Tengah, sangat cocok dengan analisis para pengamat di TV yang sering menyeret masalah ini ke Islam. Jadi semacam ada benang merah yang ingin mengarahkan pada tujuan-tujuan tertentu. Jadi ada apa?
Selain itu, rasanya menggelikan. Lengkapnya gelar ditulis oleh pengirim bom, Drs. Sulaiman Azhar, Lc, ini terlihat seperti modus operandi yang tidak jauh beda dengan cara para penipu kupon berhadiah via SMS yang biasa masuk ke handphone kita. Biasanya kalau penipu kupon berhadiah melalui SMS itu selalu menyertakan nama orang yang harus dihubungi, biasanya ada gelar haji dan dokterandus-nya.
Gelar, menurut saya, memang adalah cara yang bagus untuk menyakinkan seseorang. Misalnya, orang yang dikirimi SMS kupon behadiah oleh orang bernama Drs. H. Fulan, orang yang mendapat SMS pun yakin, iya, ini benar, dia kan haji, doktorandus lagi.
Jadi ada kesamaan modus kasus bom Utan Kayu dengan para penipu kupon berhadiah melalui SMS?
Pertanyaannya, kenapa Drs. Sulaiman Azhar, Lc? Kenapa gelar Lc mencolok di sana? Tidak lain adalah untuk menyakinkan masyarakat, bahwa, orang-orab yang bergelar Lc dari Timur Tengah, atau memiliku pemahaman Islam adalah berbahaya. Suasana inilah yang mau diciptakan.
Jadi, kembali ke awal, kesan untuk mengembangbiakkan kebencian kepada intelektual Muslim alumni Timur Tengah sangat nampak dari motif paket bom yang gencar akhir akhir ini.
Toh kalau kita mau logis, kita akan bertanya, kenapa pelaku mau secara terus terang menuliskan identitasnya, alamatnnya, bahkan nomor handphonenya di paket itu. Padahal dengan begitu bukankah sang pelaku akan mudah terdeteksi.
Namun ternyata, sampai tulisan ini selesai ditulis, pelaku belum juga ditemukan.
Walaupun beberapa jam setelah meledaknya bom sketsa wajah pelaku sudah beredar. Kita tunggu saja apakah benar ada orang yang bernama Drs. Sulaiman Azhar, Lc. Ataukah barangkali kita harus melihat keganjilan yang kedua.
Kedua, saya khawatir kalau ini adalah permainan orang orang yang tidak bertanggungjawab yang didalangi orang gede. Atau jangan jangan aksi ini, seperti dikatakan pengamat intelijen Soeripto, adalah permainan intelijen yang sengaja ditargetkan kepada orang-orang terkenal dengan harapan dapat menjadi pemberitaan banyak media.
Kata Soeripto, tidak mungkin itu dilakukan oleh kelompok “teroris”. Sebab mereka tengah tiarap. Yang melakukan ini kelompok profesional. “Bisa jadi kerjaan intelijen,” tebak dia.
Lebih jauh Soeripto menjelaskan, teror bom buku ini memiliki motif dan tujuan-tujuan tertentu. Teror bom buku ini, kata dia, untuk mengalihkan isu dan menarik perhatian Amerika Serikat bahwa terorisme masih ada di Indonesia, sehingga ini bisa menjadi alasan untuk meminta penambahan anggaran penanggulangan teroris kepada Barat.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Meminjam istilah Soeripto, iIni adalah “psywar” dengan caranya klasik.
Ketiga, ada usaha pengalihan isu. Meminjam analisisnya Mustofa B. Nahrawardaya, pengamat Indonesian Crime Analys Forum, menilai teror bom untuk Ulil itu target sebenarnya adalah memojokkan citra Abubakar Ba’asyir. Sedangkan Ulil hanya merupakan pengalih perhatian semata.
Sementara buku yang berjudul ‘Mereka Harus Dibunuh Karena Dosa-dosa Mereka Terhadap Islam dan Kaum Muslim’, lanjut Mustofa, pelaku menitip pesan bawah bom ini adalah untuk membalas dendam pada perusak Islam.
Ingat, saat kejadian bersamaan dengan masa sidang Abubakar Baasyir. Sedang pemilihan Kantor JIL dan Ulil hanya untuk mengalihkan perhatian dari misi utama menciptakan suasana psikis ketakutan masyarakat.
Teror bom tersebut diyakini Mustofa dibuat oleh intelijen hitam yang ingin menciptakan suasana tidak kondusif di tengah kontroversi sidang Abubakar Baasyir.
Jadi teror bom paket buku, siapa bermain? Kita tunggu saja ending sandiwara ini.
Ibnu Chalik al Bugisi
Pengelola laman Kallolo.com