Hidayatullah.com–Majalah World Finance tahun ini menganugerahi sepupu pertama Presiden Bashar Al-Assad dengan penghargaan sebagai pemimpin visioner dan berjasa pada pembangunan ekonomi Suriah. Majalah asal London itu menyebutnya sebagai simbol positif perubahan di Suriah. Namun tidak demikian adanya menurut rakyat di negaranya.
“Makhlouf, kamu pencuri!” teriak pengunjuk rasa di selatan kota Daraa baru-baru ini.
Rami Makhlouf, putra mantan komandan Garda Republik Suriah Makhlouf, menguasi perekonomian negara hingga 60% lewat jaringan bisnisnya yang menggurita.
Begitu besarnya pengaruh kekuasaan ekonomi Makhlouf, menurut para bankir dan pakar ekonomi, hampir mustahil bagi orang luar untuk melakukan bisnis di Suriah tanpa melakukan kontak dengannya.
Ketika Amerika Serikat menetapkan sanksi atas Makhlouf di tahun 2008 dengan melarang warga AS melakukan bisnis dengannya, Departemen Keuangan AS menyebut Makhlouf sebagai “pengusaha kuat Suriah yang menimbun kerajaan bisnisnya dengan cara mengeksploitasi hubungannya dengan anggota rezim Suriah.”
Menggurita
Menurut seorang pakar bisnis, perekonomian Suriah semakin dikuasai keluarga besar Assad sejak Bashar Al-Assad menggantikan kedudukan ayahnya, Hafez Al-Assad, sebagai presiden di tahun 2000.
Perusahaan pria berusia 41 tahun itu merambah mulai dari sektor telekomunikasi, minyak dan gas, konstruksi, hingga industri perbankan, penerbangan dan ritel. Ia bahkan memiliki bisnis bebas pajak dan beberapa sekolah swasta.
Tahun 2000 pemerintah Damaskus menghadiahi Syiriatel izin operasi dan transfer selama 15 tahun. Saham Syiriatel 25% dimiliki oleh Orascom Telecom asal Mesir dan 75% lainnya dikuasai Drex Technologies, salah satu perusahaan Makhlouf yang terdaftar di British Virgin Islands.
Tahun 2006 Rami Makhlouf mendirikan perusahaan induk utamanya, Cham Holdings. Berdiri dengan modal awal USD365 juta, kini Cham menjadi perusahaan swasta Suriah terbesar yang berfokus di banyak industri.
Anak perusahaannya BENA menangani bisnis properti, Cham Capital Group menangani bisnis keuangan, perbankan dan asuransi, SANA bergelut di bidang energi dan listrik. Pearl Airlines merambah angkasa bisnis penerbangan, Gulfsands Petroleum mengeruk minyak bumi.
Charm Holdings juga mengurusi industri kesehatan dan pendidikan.
Tidak hanya Makhlouf yang berbisnis, menurut para analis, anggota keluarga dekatnya pun merajai bisnis-bisnis kecil, sehingga menimbulkan ketidaksenangan di kalangan pelaku bisnis lainnya.
Melihat situasi di Suriah yang terus memburuk, pekan lalu World Finance mengatakan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan kembali penghargaan yang pernah diberikan kepada Makhlouf dan tokoh terkemuka Suriah lainnya.*